Selamat Datang Di Blog Defi

Minggu, 01 Juni 2014

Lesson Study

Lesson Study pada awalnya dimulai dengan pengkajian materi kurikulum (jugyou kenkyuu) oleh Makoto Yoshida yang berfokus pada pengajaran matematika bagi guru-guru di Jepang.Kajian tersebut mendasarkan diri pada kurikulum matematika di U.S yang dirancang berbasis temuan-temuan penelitian unggul. Kajian tersebut melahirkan suatu perubahan paradigma tentang materi kurikulum dari ”memanjakan” menuju pada ”pemberdayaan” potensi siswa.Paradigma ”memanjakan” mengalami anomali, karena materi kurikulum sering
tidak memperhatikan karakteristik siswa, sehingga substansi materi sering lepas konteks dan tidak relevan dengan kebutuhan siswa. Akibatnya, siswa kurang tertarik, pembelajaran menjadi tidak bermakna, siswa sering menyembunyikan ketidakmampuan.Hal ini terjadi sebagai akibat koreksi dan perhatian guru yang lemah terhadap potensi mereka. Sementara, paradigma ”pemberdayaan” bertolak dari potensi siswa yang mampu ”mengada”, sehingga materi kurikulum seyogyanya dikembangkan berbasis kebutuhan siswa, materi seyogyanya menyediakan model pedagogi yang mampu menampilkan aspek kemenarikan pembelajaran.Paradigma tersebut dapat berkembang jika pembelajaran dihasilkan dari kerja tim mulai dari perencanaan, pelaksanaan, diskusi, kolaborasi, dan refleksi secara berkesinambungan. Cara seperti ini melahirkan konsep Lesson Study.

Pelaksanaan Lesson Study
Lesson Study sebagai kegiatan kolaboratif seharusnya dimulai dari kepala sekolah bersama guru sebagai inisiator. Pelaksana Lesson Study bergantung kepada model Lesson Study. Model pertama adalah Lesson Study Berbasis Sekolah yang dilakukan dengan melibatkan semua guru dari berbagai bidang studi serta kepala sekolah. Berarti, Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran setiap bidang studi.Seluruh guru harus terlibat langsung dalam setiap tahapan Lesson Study, yaitu merencanakan, melaksanakan, dan merefleksi.Dalam Hendayana dkk. (2006 : 10) ditegaskan bahwa setiap guru berkesempatan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
1.    Identifiaksi masalah pembelajaran.
2.    Mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan.
3.    Memilih alternatif model pembelajaran yang digunakan.
4.    Merancang rencana pembelajaran.
5.    Mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang dipilih.
6.    Melaksanakan pembelajaran.
7.    Mengobservasi proses pembelajaran.
8.    Mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas.
9.    Melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas.
10. Mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya. Pada pelaksanaannya, sekolah mungkin saja melibatkan pihak luar sebagai tenaga ahli seperti dosen dari perguruan tinggi atau undangan lain yang dirasakan perlu dan berkepentingan.
 Model kedua dari Lesson Study adalah Lesson Study Berbasis Kelompok Guru.Kelompok guru biasanya berdasarkan bidang studi pada wilayah kerja tertentu, misalnya MGMP atau KKG. KegiatanLesson Study biasanya dikoordinir oleh kelompok guru tersebut dan dibina oleh dinas pendidikan yang terkait. Beberapa tim ahli dari dosen juga dilibatkan beserta para mahasiswa dengan bidang yang sama. Hal ini bertujuan agar terjadi kerjasama ilmiah di antara praktisi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif.Yogyakarta:Gaya Media
Lewis, C. 2002. Lesson study: A handbook of teacher-led instructional change.Philadelphia: Research for Better Schools.
Lewis, C., Perry, R., Hurd, J., & O’Connel, M. P. 2006.Teacher collaboration: Lesson study comes of age in North America.Tersedia pada http://www.Lessonresearch.net/LS_06Kappan.pdf. Diakses pada tanggal 19Oktober 2012.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar