LANDASAN FILSAFAT KURIKULUM
Filsafat merupakan pusat kurikulum. Dasar
filsafat kurikulum sangat penting karena menentukan apa yang akan dicapai
sekolah, tujuan sekolah, struktur kurikulum, apa yang dianggap benar dicapai
oleh siswa. Segala bentuk kurikulum dengan kandungan yang ada ditentukan oleh
filsafat kurikulum.
A. Filsafat
dan Kurikulum
Filsafat
membantu orang–orang yang berhubungan dengan kurikulum yang didasarkan
bagaimana sekolah dan kelas diorganisir. Misalnya, bisa menjawab apa yang akan
didirikan oleh sekolah; apa mata pelajaran yang bernilai diberikan kepada
siswa; bagaimana siswa belajar dengan materi pelajaran, apa tujuan, aktivitas
yang disiapkan untuk siswa sampai semua kegiatan-kegiatan yang lainnya.
Pentingnya
filsafat itu menentukan keputusan-keputusan dalam sebuah kurikulum, seperti
menurut L. Thomas Hopkins, ketika pejabat dibidang pendidikan menyarankan akan
skedul yang berpihak pada guru dan siswa pasti berbasis pada filsafat yang
dianutnya, apakah yang tersembunyi atau yang dianutnya terhadap masalah. Apapun
keputusan yang diambil berbasis pada filsafat yang dianutnya. Selanjutnya
Hopkins menyatakan bahwa filsafat itu penting untuk semua aspek kurikulum.
Apakah filsafat itu dinyatakan secara jelas atau tidak. Jhon Goodlad menyatakan
bahwa filsafat adalah titik awal dalam memutuskan suatu kurikulum dan menjadi
basis untuk semua bagian dari suatu kurikulum. Filsafat menjadi kriteria untuk
menentukan tujuan, alat, dan hasil dari kurikulum.
Smitts,
Stanley dan Shores juga berpendapat bahwa peranan filsafat dalam pengembangan
kurikulum adalah:
1. Memformulasi
tujuan pendidikan.
2. Menyeleksi
dan mengorganisasi pengetahuan.
3. Memformulasi
aktivitas dan prosedur dasar.
4. Menjawab
masalah ketimpangan antara apa yang dilihat dengan yang sebenarnya.
Filsafat dan
Penyusun Kurikulum
Filsafat penyusun kurikulum mencerminkan
latar belakang dan pengalaman mereka. Keputusan mereka didasarkan pada
pandangan dunia , sikap, dan keyakina. Filsafat memandu tindakan. Artinya, Filsafat
mempengaruhi pandangan kurikulum, Seharusnya penyusun kurikulum itu mesti
terbuka terhadap pandangan-pandangan lain, bukan penyusunan yang bersifat ego
karena ingin menganut pandangan diri sendiri.
Tidak ada yang bisa sepenuhnya obyektif ,
tetapi pemyusun kurikulum dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman mereka
dengan mempertimbangkan masalah dari berbagai sudut pandang. Idealnya, penyusun
kurikulum memiliki filsafat pribadi yang dapat dimodifikasi. Mereka mendasarkan
kesimpulan mereka pada bukti terbaik yang tersedia , dan mereka dapat berubah
ketika menemukan bukti yang lebih baik .
Filsafat
Sebagai Sumber dari Kurikulum
Fungsi filsafat ada
dua yaitu:
1.
Titik awal dari
pengembangan kurikulum
2.
Sebagai interdepedensi
(menghubungkan antara satu dengan yang lainnya)
Jhon
Dewey menyatakan bahwa bagian filsafat adalah untuk menyediakan kerangka kerja
atau acuan bagi tujuan dan metode dari sekolah (menyediakan pengrtian umum
tentang kehidupan dan cara berpikir). Selanjutnya Jhon Dewey bahwa filsafat itu
tidak hanya sebagai titik awal tapi juga penting untuk aktivitas kurikulum dan
sekolah adalah laboratorium pendidikan, dimana perbedaan-perbedaan filsafat
nampak jelas.
Sementara menurut
Tyler’s filsafat adalah satu kriteria untuk menyusun pendidikan. Selanjutnya
Tyler’s juga berpendapat bahwa filsafat sosial dan pendidikan yang dianut
sekolah dapat berfungsi sebagai lapisan pertama untuk mengembangkan
program-program sekolah, karena itu filsafat pendidikan dalam masyarakat
demokrasi akan menekankan secara tegas nilai-nilai demokrasi di sekolah.
B. Filsafat
Utama
Ada 4 aliran
pada yang mempunyai pengaruh besar pada pendidikan di Amerika yaitu idealisme,
realisme, pragmatisme dan eksistensialisme.
Idealisme
Tokoh-tokoh
yang menganut paham idealisme adalah Plato. Yang berpengaruh besar terhadap
paham-paham pendidikan idealisme menekankan pada moral dan spiritual sebagai
ide utama dalam dunia. Kemudian kebenaran dan nilai-nilai yang sifatnya
absolut, universal dan tak terbatas waktu. Pikiran dan ide sifatnya permanen
terus menerus dan tersusun pada susunan yang sempurna.
Mengetahui
adalah memikirkan kembali ide terakhir yang pernah muncul dalam pikiran. Tugas
guru adalah membangkitkan pengetahuan yang dimiliki kepada kesadaran, karena
itu belajar melibatkan, mengingat dan bekerja dengan ide. Kemudian pendidikan
sangat konsen dengan konsep-konsep mater. Pendidikan yang idealis lebih
menyukai susunan dan pola dari ilmu pengetahuan dalam kurikulum yang
berhubungan dengan ide-ide dan konsep satu sama lain.
Dalam
idealisme matematika sangat penting karena dia berhubungan dengan berpikir
abstrak. Sejarah dan bahasa juga penting karena berhubungan dengan moral
dan kultural. Urutan-urutan yang berpengaruh pada idealisme ini adalah
filsafat, matematika, sejarah dan bahasa, literatur, natural dan fisikal sains
karena fisikal sains itu nyata dan bisa dipelajari secara konkrit.
Realisme
Tokoh-tokoh
aliran realisme ini adalah Aristhoteles, Thomas Aquinas. Harry Broudy dan Jhon
Wild. Kaum realisme melihat dunia dari segi objek dan materi. Orang sampai ke
pengetahuan tentang dunia melalui sensoris dan alasan-alasannya. Segala sesuatu
ditentukan dari alam dan dia berhubungan dengan hukum alam. Perilaku manusia
adalah rasional jika dihubungkan dengan hukum alam.
Kaum
realisme menekankan kurikulum berisi mata pelajaran yang diorganisasi secara
terpisah yang sangat penting adalah membaca, menulis, aritmatika bagi kaum
realisme ini. Bagi kaum idealisme pengetahuan berasal dari mempelajari ide-ide
rasional dan kebenaran-kebenaran universal dalam konstanr seni, sastra,
bahasa (art). Tapi bagi orang realisme kebenaran dan kenyataan berasal dari
sains dan seni.
Pragmatisme
Pendukung
utama pragmatisme adalah Jhon Dewey. Pragmatisme mnganggap bahwa pengetahuan
adalah proses dimana realita selalu berubah, karena itu belajar terjadi jika
seseorang terlibat dalam problem solving.
Menurut
Jhon Dewey pendidikan adalah proses meningkatkan, bukan menerima kondisi
kemanusiaan. Karena itu tekanan utama pada problem solving menggunakan metode
scientific tidak mengumpulkan fakta-fakta atau pandangan–pandangan. Jadi mata
pelajaran itu adalah interdisipliner. Orang pragmatis menganggap proses
pembelajaran adalah proses merekonstruksi pengalaman sesuai dengan metode
scientific, karena itu belajar harus secara aktif baik individual maupun secara
kelompok dalam menyelesaikan masalah.
Eksistensial
Pragmatisme itu memang
berasal dari Amerika tulen, sedangkan eksistensial berasal dari Eropa. Menurut
kaum eksistensialisme ini manusia dihadapkan kepada berbagai pilihan dalam
situasi yang dihadapinya. Setiap manusia menciptakan definisinya sendiri termasuk
dalam melakukannya sesuai dengan pilihannya. Eksistensialisme lebih menyukai
belajar secara bebas untuk memilih apa yang ingin dipelajarinya dan apa yang
dianggapnya benar. Karena sasaran eksistensialisme sama dengan pragmatisme
yaitu meningkatkan kehidupan umat manusia, maka pilihan yang diperolehnya
sangat banyak tergantung potensi yang dimiliki. Karena itu, pembelajaran lebih
banyak diskusi atau dialog tentang apa yang dianggapnya baik.
C. FILSAFAT
PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan
diwarnai juga dengan aliran-aliran idealisme, realisme, pragmatisme dan
eksistensialisme.
Perenialisme
Perenialisme,
jawaban terhadap pertanyaan pendidikan merujuk pada satu pertanyaan yaitu
apakan hakikat manusia?. Perenialisme menganggap bahwa hakikat manusia adalah
konstan atau tetap. Manusia mempunyai kemampuan memahami dan mengerti
kebenaran-kebenaran universal dari alam. Tujuan pendidikan adalah mengembangkan
rasionalitas manusia dan membuka kebenaran-kebenaran universal dengan cara
melatih intelektual.
Kurikulum
perenial adalah subjek center (berpusat pada subjek) berasal dari
disiplin-disiplin ilmu apa yang disebut dengan liberal dengan tekanan pada
bahasa, sastra, matematika, arts dan sains. Guru dipandang orang yang ahli
dibidangnya, karena itu harus menguasai bidangnya atau disiplin ilmunya, dan
membimbing siswa untuk berdiskusi. Mengajar didasarkan terutama sekali pada
metode sokrates yaitu penjelasan secara lisan, perkuliahan. Minat siswa tidak
relevan untuk pengembangan kurikulum karena siswa belum matang dan tidak punya
pertimbangan untuk menentukan apa pengetahuan dan nilai-nilai terbaik.
Nilai-nilai terbaik yang akan dipelajarinya. Oleh karena itu dalam kurikulum
ini sangat sedikit yang sifatnya elektif (semua sudah ditentukan/tidak ada
pilihan).
Essensialisme
Pencetus
essensialisme adalah William Bagley. Essensialisme lebih konsen pada isu-isu
kontemporer. Menurut esensialis kurikulum sekolah harus diarahkan kepada
sifatnya yang esensial saja sains, sejarah, sastra, matematika dan art. Sedangkan
untuk sekolah menengah bahasa inggris, matematika, sains, sejarah dan
bahasa bahasa asing.
Sebagaimana
perenial, essensial yang menolak subjek-subjek yang lain seperti art, fisikal,
vokasional/ pendidikan kejuruan. Sebagaimana perenial esssensial juga
menganggap setiap siswa apapun kemampuannya harus mengikuti kurikulum yang
sama, tetapi dalam tingkat dan jumlah yang disesuaikan dengan kemampuannya.
Peranan guru adalah sebgai model dan menguasai bidang ilmunya secara maksimal.
Guru memegang kendali penuh atas kelasnya.
Essensialis
sekarang terefleksi dalam tuntutan untuk menaikkan standar akademis dan
kemampuan berpikir siswa. Sesuatu yang paling perlu dikuasai yang
esensial mesti ditingkatkan, sedangkan subjek-subjek yang lain diabaikan.
Misalnya bagi siswa yang akademis tinggi itu diberi kelas aksel.
Progresifisme
Progresifisme
dikembangkan dari pragmatisme. Menurut paham ini keterampilan dan alat untuk
belajar meliputi metode problem solving dan sientific inkuiri. Pengalaman
belajar harus meliputi perilaku kerjasama dan disiplin diri. Keduanya dianggap
penting untuk kehidupan yang demokratis. Bagi paham progresif kurikulum interdisipliner buku dan disiplin
keilmuan (materi pelajaran) adalah bagian dari proses belajar bukan sumber ilmu
pengetahuan. Peranan guru unik, dia berfungsi sebagai pembimbing siswa dalam
pemecahan masalah dan projek scientifik. Guru dan siswa merencanakan aktifitas
bersama-sama. Progresif sifatnya berpusat pada anak dan pendidikan progresif
berpusat kepada anak sebagai peserta didik tidak sebagai subjek didik. Lebih
menekankan aktifitas dan pengalaman dari pada verbal dan pembelajaran dengan
cara bekerja sama dari pada kompetisi.
Saat
ini progresif terlihat dalam beberapa gerakan seperti relevan kurikulum;
humanistik; dan reformasi sekolah yang radikal. Relevan kurikulum
maksudnya pesertaa didik harus dimotivasi dan ditarik dalam belajar dalam
bentuk tugas dan kelas harus diberi pengalaman-pengalaman yang nyata.
Humanistik kurikulum menekankan pada hasil belajar afektif yang berakar pada
Abraham Moslow dan Ragger bahwa tujuan utama adalah untuk menciptakan
orang-orang yang mampu beraktualisasi diri. Reformasi sekolah yang radikal,
merubah suasana sekolah dari suasana yang eksis saat ini dimana guru
berperan sebagai penjaga penjara, sekolah sebagai penjara, tidak ada kebebasan
untuk berekspresi diubah ke situasi sekolah yang memiliki kebebasan yang besar.
Rekonstruksianisme
Rekonstruksinisme
tokohnya adalah Teodore Branell. Rekonstruksionisme menganggap siswa dan guru
tidak hanya mengambil posisi tertentu tetapi juga mesti bertindak sebagai agen
perubahan untuk memperbaharui masyarakat. Netralitas dalam kelas tidak perlu
untuk proses demokrasi, tetapi guru dan siswa harus mengambil sikap untuk
memberikan alasan-alasan berpartisipasi dalam tanggungjawab sosial. Dalam
kurikulum, dengan pendidikan harus sesuai dengan ekonomi politik yang baru.
Bagi rekonstruksionis analisis, interpretasi dan evaluasi dari masalah tidak
cukup, komitmen dan aksi dari siswa dan guru diperlukan karena masyarakat
selalu berubah maka kurikulum juga berubah. Siswa dan guru bertindak sebagai
agen perubahan. Kurikulum yang didasarkan pada isu-isu sosial dan pelayanan
sosial dianggap ideal. Masalah-masalah yang terjadi di masyarakat dimasukan ke
dalam kurikulum, perubahan dalam masyarakat dihendel oleh kurikulum
termasuk kesempatan untuk mendapat pendidikan.
Sumber:
Ornstein, Allan C. & Hunkins, Francis P. 2013. Curriculum Foundation, Principles and Issues.
Boston Education, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar