A.
INTELEGENSI PADA MANUSIA
Manusia diciptakan dan dengan
dilengkapi dengan kecerdasan yang memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain dan kecerdasan sebagai suatu kemampuan ini pulalah
yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini, dengan kecerdasan
ini pula manusia dapat menjalani kehidupan yang dinamis dan beradab.
Adapun kecerdasan atu inteligensi
manusia mempunyai implikasi sebagai suatu kemampuan adalah sbb :
a. Kemampuan mengklasifikasi pola –
pola objek
Seorang yang normal adalah orang yang
mampu dalam mengklasifikasikan stimulasi-stimulasi yang tidak identik ke dalam
satu kelas atau rumpun.
b. Kemampuan beradaptasi (kemampuan
belajar)
Kemampuan beradaptasi merupakan suatu
kemampuan yang harus manusia miliki dalam kehidupannya dan kemampuan
beradaptasi ini menentukan inteligensi atau kecerdasan seseorang apakah
inteligensinya tinggi atau rendah.
c. Kemampuan menalar secara deduktif,
yaitu kemampuan menalar atau melogikan sesuatu dari kesimpulan menjadi paparan
yang detail.
d. Kemampuan menalar secara induktif,
yakni kemampuan penalaran atau melogikakan sesuatu yang berupa paparan atau
penjelasan menjadi suatu kesimpulan yang mewakili.
e. Kemampuan mengembangkan konsep,
yaitu kemampuan seseorang memahami suatu cara kerja objek atau fungsinya dan
kemampuannya bagaimana menginterpretasikan suatu kejadian.
f. Kemampuan memahami
Kemampuan memahami adalah kemampuan
seseorang dalam melihat adanya hubungan atau relasi didalam suatu masalah dan
kegunaan-kegunaan hubungannya bagi pemecahan masalah tersebut.
Menurut Gardner, kecerdasan adalah
kemampuan seseorang yang dapat dikembangkan dengan berbagai cara asal didukung
dengan kondisi lingkungan yang kondusif. Kecerdasan bukanlah suatu benda yang
tidak dapat bergerak tumbuh. Ia dapat tumbuh berkembang dengan baik atau bisa
juga mati. Dengan perlakuan yang benar, kecerdasan menjadi kemampuan yang
sangat berharga pada diri manusia. Pendidikan adalah salah satu cara yang dapat
membangkitkan kecerdasan kita. Baik itu pendidikan formal, informal, ataupun nonformal.
Melalui proses pendidikan, kecerdasan majemuk siswa yang menonjol dapat
dikembangkan dan dimaksimalkan. Sementara dalam waktu yang sama, pendidikan
haruslah dapat membantu siswa mengembangkan kecerdasan yang kurang menonjol.
Hal ini bertujuan agar kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki siswa—yang menonjol
atau pun tidak—dapat membantu siswa dalam menghadapi persoalan hidupnya.
B. PENGERTIAN INTELIGENSI
a. Pengertian Intelegensi Secara
Etimologis
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris
“Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan
Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali
dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn
mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat
melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut
dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya
disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami.
Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari
daya atau potensi untuk memahami sesuatu.
b. Defenisi Inteligensi Menurut Para
Ahli
Menurut para ahli : ” kemampuan untuk
berpikir secara abstrak (Terman)”, “ Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Colvin)”, “intelek plus pengetahuan (Henmon)”, ”tekhnik untuk
memproses informasi yang disediakan oleh indra “(Hunt).
1. S.C Utami Munandar
Secara umum intelegensi dirumuskan
sebagai berikut :
a) Kemampuan untuk berpikir abstrak
b) Kemampuan untuk menangkap hubungan –
hubungan dan untuk belajar
c) Kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap situasi – situasi baru
2. L.L. Thurstone
Ada tujuh faktor dasar :
a) Verbal comprehension (v), kecakapan
untuk memahami pengertian yang diucapkan dengan kata – kata.
b) Word fluency (w), kecakapan dan
kefasihan dalam menggunakan kata – kata.
c) Number (n), kecakapan untuk
memecahkan soal matematika.
d) Space (s), kecakapan tilikan ruang,
sesuai dengan bentuk hubungan formal
e) Memory (m), kecakapan untuk
mengingat
f) Perceptual (p), kecakapan mengamati
dan menafsirkan.
g) Reasoning (r), kecakapan menemukan
dan menggunakan prinsip – prinsip.
3. Edward Thorndike
“intelligence is demonstrable in
ability of the individual to make good response from the stand point of truth
or fact” (intelegensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang
tepat (baik)terhadap stimulasi yang diterimanya)
4. George D. Stodard
Intelegensi adalah kecakapan dalam
menyatakan tingkah laku, yang memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
a) Mempunyai tingkat kesukaran
b) Kompleks
c) Abstrak
d) Ekonomis
e) Memiliki nilai – nilai sosial
f) Memiliki daya adaptasi dan tujuan
g) Menunjukkan kemurnian (original)
5. William Stern
Intelegensi merupakan kapasitas atau
kecakapan umum pada individu secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada
situasi yang dihadapinya.
6. Lewis Medison Terman
Intelegensi terdiri atas dua faktor :
General ability (faktor G), yaitu kecakapan umum dan special ability(faktor S),
yaitu kecakapan khusus.
7. Carl Witherington
Dalam buku Educational psychlogy,
Witherington mendefenisikan intelegensi sebagai berikut : “…excellence of
performance as manifested in efficient activity” (intelegensi adalah
kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan /
kegiatan-kegiatan)
8. Alfred Binet, tokoh perintis
pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri dari tiga komponen,
yaitu:
a) Direction , kemampuan untuk
memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan.
b) Adaptation, kemampuan untuk
mengadakan adapatasi terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel dalam
menghadapi masalah
c) Critism, kemampuan untuk mengadakan
kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi atau terhadap dirinya sendiri.
9. Super dan Cities mendefinisikan
kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau belajar dari pengalaman.
10. J. P. Guilford menjelaskan bahwa
tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat
konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang
logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu
proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan
berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Lebih jauh,
Guilford menyatakan bahwa intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor
khusus.
11. K. Buhler mengatakan bahwa
intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
12. George D. Stoddard (1941)
menyebutkan intelegensi sebagai kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang
bercirikan:
a) Mengandung kesukaran
b) Kompleks
c) Abstrak
d) Diarahkan pada tujuan
e) Ekonomis
f) Bernilai sosial
13. Garett (1946) mendefinisikan
setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan
masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.
14. Bischof, psikolog Amerika (1954)
mendefinisikan kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah.
15. Lewis Hedison Terman memberikan
pengertian intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan
baik (lih. Hariman, 1958).
16. David Wechsler (1958)
mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
17. Freeman (1959) memandang
intelegensi sebagai :
a) Kemampuan untuk menyatukan
pengalaman-pengalaman
b) Kemampuan untuk belajar dengan lebih
baik
c) Kemampuan untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual,
dan
d) Kemampuan untuk berpikir abstrak.
18. Heidenrich (1970) mendefinisikan
kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha
untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam
pemecahan masalah.
19. Sorenson (1977) intelegensi adalah
kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar merespon dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan lingkungan.
20. Suryabrata (1982) intelegensi
didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang
dihadapi.
21. Walters dan Gardnes (1986)
mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan-kemampuan yang
memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi seksistensi
suatu budaya tertentu.
Dari berbagai pendapat dapat diatas
disimpulkan bahwa inteligensi adalah :
1. Kemampuan untuk berfikir secara
konvergen (memusat) dan divergen (menyebar)
2. Kemampuan berfikir secara abstrak
3. Kemampuan berfikir dan bertindak
secara terarah, bertujuan, dan rasional
4. Kemampuan untuk menyatukan
pengalaman-pengalaman
5. Kemampuan untuk menggunakan apa yang
telah dipelajari
6. Kemampuan untuk belajar dengan lebih
baik,
7. Kemampuan untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual
8. Kemampuan untuk menyesuaikan diri
dan merespon terhadap situasi-situasi baru
9. Kemampuan untuk memahami masalah dan
memecahkannya.
Karena
intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya tidak dapat diamati
secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
C. CIRI-CIRI INTELIGENSI
Adapun ciri-ciri inteligensi adalah :
a. Intelegensi merupakan suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi
dapat diamati secara langsung).
b. Intelegensi tercermin dari tindakan
yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah
yang timbul daripadanya.
Ciri – ciri tingkah laku yang
intelegensi menurut Effendi dan Praja (1993):
a. Purposeful behavior, artinya selalu
terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang jelas.
b. Organized behavior, artinya tingkah
laku yang terkoordinasi, semua tenaga dan alat – alat yang digunakan dalam
suatu pemecahan masalah terkoordinasi dengan baik.
c. Physical well toned behavior,
artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga, ketangkasan, dan
kepatuhan.
d. Adaptable behavior, artinya tingkah
laku yang luas fleksibel, tidak statis, dan kaku, tetapi selalu siap untuk
mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
e. Success oriented behavior, artinya
tingkah laku yang didasari rasa aman, tenang, gairah, penuh kepercayaan, akan
sukses/optimal.
f. Clearly motivated behavior, artinya
tingkah laku yang memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain atau
masyarakat.
g. Rapid behavior, artinya tingkah laku
yang efisien, efektif dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.
h.
Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan
pandangan luas yang meliputi sikap dasar dan jiwa yang terbuka.
D. TEORI MULTIPLE INTELIGENCE
(KECERDASAN MAJEMUK)
Kita dilahirkan sebagai anak yang
cerdas, kecuali akibat suatu macam penyakit atau keterbelakangan. Pada saat
awal kehidupan kita, otak berkembang melalui proses belajar alamiah dengan
kecepatan tiga miliar sambungan per detik dan otak kita memiliki satu triliun
sambungan otak, termasuk 100 miliar sel saraf aktif atau neuron, dan 900 miliar
sel lain yang merekatkan, memelihara, dan menyelubungi sel aktif. Dalam setiap
otak kita terdapat berbagai potensi yang menunggu untuk dikembangkan dalam
beberapa atau satu jenis keunggulan, karena tidak ada satu pun yang bisa
menguasai seluruh potensi.
Akan tetapi, potensi yang begitu besar
ini tidak begitu saja dapat dimanfaatkan dengan optimal. Ia membutuhkan suasana
dan kondisi yang mendukung. Dengan berbagai pendekatan yang berbeda maka otak
akan mampu berkembang sesuai dengan keunggulan yang dimiliknya. Inilah yang
ditemukan oleh Gardner pada tahun 1980-an dan melahirkan teori kecerdasan
majemuk (multiple intelligences) yang ia publikasikan pada tahun 1990-an. Teori
ini memungkinkan kita untuk menjadi cerdas dengan memanfaatkan kelebihan salah
satu kecerdasan kita. Bahkan, menurut penulis buku ’Anak Ajaib’, Andyda
Meliala, teori kecerdasan majemuk dapat meramalkan dan membantu anak untuk
menajdi sukses di kehidupan masa depannya. Menurut teori kecerdasan majemuk,
materi apa pun dapat dipelajari anak dengan syarat materi tersebut disampaikan
dengan menggunakan metode yang sesuai dengan inteligensi yang menonjol pada
anak itu. Misalnya, seorang anak yang menonjol dalam kecerdasan musikal akan
mudah mempelajari matematika bila materi disampaikan dengan menggunakan musik,
seperti mendengarkan musik atau bernyanyi lagu yang berhubungan dengan
materinya. Ini akan sangat menguntungkan anak tersebut. Tetapi akan terjadi
sebaliknya jika yang disampaikan hanya melalui pendekatan yang menekankan pada
penalaran logis saja. Oleh karenanya, berbagai pendekatan pengajaran perlu
digunakan untuk menghadapi potensi anak yang beragam. Salah satunya dengan
menggunakan teori kecerdasan majemuk. Amstrong (2002) seorang pakar di bidang
multiple intelegences mengatakan, bahwa dengan teori kecerdasan majemuk, guru
memungkinkan untuk mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif
baru dalam dunia pendidikan.
Kecerdasan merupakan potensi yang
dimiliki seseorang yang bersifat dinamis, tumbuh dan berkembang. Kecerdasan
dapat berarti kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu
masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat
berguna bagi orang lain. Kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni
: Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk
pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses
informasi sehingga masalah-masalah yang sedang dihadapi dapat dipecahkan
(problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi dapat
dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi individu untuk mencapai
sasaran-sasaran secara efektif dan efisien. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan kecerdasan :
a. Pengalaman
Pengalaman merupakan ruang belajar yang
dapat mendorong pertumbuhan potensi seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa
potensi otak tumbuh dan berkembang sejalan dengan pengalaman hidup yang
dilaluinya. Sejak lahir hingga masa kanak-kanak yang memperoleh pengasuhan yang
baik dari ibunya akan tumbuh lebih cepat dan lebih sukses dibanding anak yang
kurang mendapat perhatian cenderung menimbulkan rasa rendah diri dan frustasi.
Bila hal ini berjalan secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi
kecerdasan yang dimilikinya.
b. Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak
membentuk kepribadian termasuk potensi kecerdasan seseorang. Lingkungan yang
memberikan stimulus dan tantangan diikuti upaya pemberdayaan serta dukungan
akan memperkuat mental dan kecerdasan.
c. Kemauan dan Keputusan
Kemauan yang kuat dalam diri seseorang
membantu meningkatkan daya nalar dan kemampuan memecahkan masalah. Kemauan dan
keputusan sering dijelaskan dalam teori motivasi. Dorongan positif akan timbul
dalam diri seseorang sejalan dengan lingkungan yang kondusif, sebaliknya jika
lingkungan kurang menantang sulit untuk membangun kesadaran untuk berkreasi.
Otak yang paling cerdas sekalipun akan sulit mengembangkan potensi
intelektualnya.
d. Bawaan
Meskipun banyak argumentasi para ahli tentang
besaran pengaruh genetika atau faktor keturunan dalam perkembangan kecerdasan
seseorang, tetapi semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak berpengaruh.
Hasil riset dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor genetika berpengaruh
terhadap respon kognitif seperti kewaspadaan, memori, dan sensori. Artinya
seseorang akan berpikir dan bertindak dengan menggunakan ketiga aspek itu
secara simultan.
e. Aktivitas Belajar dan Kegiatan
Harian
Aktivitas
dan kebiasaan manusia merupakan pengalaman yang sangat berharga dan bermakna
bagi kesuksesan seseorang. Menggali kebiasaan hidup sehari-hari sangat membantu
dalam memetakan pengalaman belajar yang dipadukan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan dalam masyarakat. Implikasi dari model belajar terpadu
melalui aktivitas dan pengalaman nyata pada intinya menyerukan perubahan
fundamental dalam praktek bersekolah-di-rumah yang bersifat pedagogis dengan
rangkaian pengembangan kemampuan majemuk melalui kebiasaaan dan pengalaman yang
berlangsung sepanjang hayat. Dalam konteks pembelajaran di rumah, aktivitas
merupakan pengalaman itu sendiri yang dibangun berdasarkan nilai-nilai,
kebiasaan, tindakan, kerjasama dan keputusan yang dirangkaikan melalui pola
hubungan positif dengan keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Pelatihan bukan
upaya menerampilan suatu kemampuan tertentu kepada sebagian kelompok
masyarakat, tetapi membangun kemampuan belajar berinteraksi dan merencanakan
perubahan kedepan.
E. KECERDASAN-KECERDASAN DASAR MANUSIA
Dalam penelitian awalnya, Gardner
beserta mahasiswanya mengumpulkan berbagai jenis kecerdasan yang berjumlah
ratusan. Gardner sanggup memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi
delapan kategori yang komprehensif atau delapan “kecerdasan dasar”, dan
kemudian ia revisi menjadi sembilan kecerdasan. Adapun 9 kecerdasan itu adalah
:
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan Linguistik. Orang yang
memiliki kecerdasan ini pandai mengolah katakata termasuk memanipulasi tata
bahasa, bunyi, bahasa makna, atapun bahasa pragmatik. Penggunaan bahasa ini,
antara lain mencakup retorika (penggunaan bahasa untuk memengaruhi orang lain
melakukan tindakan tertentu), mnemonik/hafalan (penggunaan bahasa untuk
mengingat informasi), eksplanasi (penggunaan bahasa untuk memberi informasi),
dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri). Kemampuan
menggunakan bahasa untuk mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan
kedekatan, mengembangkan argumen logika dan retorika, atau mengungkapkan
ekspresi dan metafora. Bentuk kecerdasan ini terlihat dari kepekaan terhadap
makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk
menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Orang yang memiliki kecerdasan
linguistik yang tinggi mudah menerima dan menggunakan kata-kata baru. Bahkan ia
sering mengumpulkan kata/istilah yang asing baginya. Pelajaran bahasa menjadi
daya tarik tersendiri baginya. Secara luas kecerdasan ini dapat dibagi menjadi
dua bagian besar, yaitu :
a. Kecerdasan linguistik lisan
Anak yang memiliki kecerdasan ini lebih
aktif dalam berbicara. Dalam diskusi ia lebih dapat mengutarakan gagasannya dan
cenderung membawa orang lain menyetujui pendapatnya. Dengan kemampuan mengolah
kata, ia dapat meyakinkan bahwa pendapatnya benar. Jenis pekerjaan yang
menggunakannya dengan efektif secara kata-kata misalnya: orator, presenter,
rohaniawan, pendongeng, politisi, MC, sastrawan, dsb.
b. Kecerdasan linguistik tulisan
Jenis kecerdasan ini dalam
penggunaannya lebih mengeksploitasi penggunaan media tulis atau baca. Jenis pekerjaan
yang menggunakan kecerdasan ini dengan efektifmisalnya: novelis, editor,
penulis buku, wartawan, penulis drama, dsb. Walaupun bentuk kecerdasan ini
dibagi dua, namun tak jarang pula ada orang yang pandai menulis dan mengolahnya
menjadi bahasa lisan. Beberapa profesi benar-benar mengandalkan kecerdasan ini
dalam pengembangannya. Orang-orang yang terkenal karena kecerdasan linguistik
di antaranya adalah William Shakespeare, J.K Rowling, Martin Luther King Jr,
Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman ”Lupus” Hariwijaya, dan lain-lain.
Kecerdasan lain yang mendukung kecerdasan ini adalah dengan pengembangan
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan matematis-logis, dan kecerdasan
interpersonal. Ketiga kecerdasan itu akan lebih meningkatkan kemampuan anak dalam
mengolah kata serta memperluas wawasannya.
2. Kecerdasan Matematis-Logis
Orang yang memiliki kecerdasan ini
biasanya unggul dalam pelajaran-pelajaran IPA seperti fisika, matematika, dan
kimia. Ia mudah memahami dan menyelesaikan soal-soal perhitungan. Misalnya,
akuntansi. Pemilik kecerdasan ini memiliki kemampuan analisis yang kuat dan
dapat berpikir secara teratur. Ia jarang mengalami kesulitan dengan hal yang
berhubungan dengan angka-angka. Kecerdasan ini meliputi kepekaan kepada pola
dan hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis, dan abstraksi lainnya.
Proses yang digunakan dalam kecerdasan ini biasanya adalah kategorisasi,
penghitungan, pengambilan keputusan, generalisasi, pengujian hipotesis, dan
kasifikasi.
Orang dengan kecerdasan matematis yang
baik cenderung bersikap realistis dan selalu mencari jawaban atas berbagai
pertanyaan. Sehingga kadang anak-anak seperti itu mempunyai kesenangan membaca
cerita misteri/detektif dan menyukai film fiksi ilmiah. Bentuk kecerdasan ini
termasuk yang paling mudah distandardisasikan dan diukur. Kecerdasan ini
sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli
sains, programmer komputer, akuntan, banker, ahli multimedia, fisikawan,
teknisi, peneliti, analis data, ekonom, ahli matematika, dan lain-lain. Orang
yang terkenal dengan kecerasan ini misalnya Madame Currie, Blaise Pascal, B.J.
Habibie, Albert Einstein, Bill Gates, Thomas Alva Edison, Isaac Newton, dan
lain-lain.
Kecerdasan lain yang mendukung
kecerdasan ini adalah kecerdasan interpersonal. Kecerdasan ini sangat berguna
untuk pengembangan wawasan dan memperluas kehidupan sosial dan bermasyarakat.
Kecerdasan naturalis dapat mendukung upaya merangsang otak untuk menemukan
berbagai pertanyaan yang bisa memperkaya pengetahuan anak. Kecerdasan musikal
dapat membuat relaksasi dalam memikirkan sesuatu sehingga tidak terlalu memeras
otot. Selain itu juga musik dapat merangsang kerja otak manusia menjadi lebih
maksimal.
3. Kecerdasan Spasial
Orang yang memiliki kecerdasan ini
sangat mudah mengingat gambar dan memiliki imajinasi yang kuat. Apabila ia
membayangkan sesuatu, bayangan itu tergambar dengan jelas dalam pikirannya.
Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan
menciptakan representasi grafis. Mereka sanggup berpikir tiga dimensi bahkan
mampu mencipta ulang dunia visual. Pembacaan peta atau pun rute perjalanan
bukanlah hal yang menyulitkan mereka. Kemampuan mata para pemilik kecerdasan
tinggi ini, yaitu kejelian mereka dalam menangkap halhal yang tidak dilihat
oleh orang lain. Detil-detil dapat mereka ungkapkan dengan sangat baik.
Kemampuan mata ini dapat mengenali pola
ruang secara akurat, menginterpretasikan ide grafis dan spasial, garis, bentuk
ruang, hubungan antar unsur serta menerjemahkan pola ruang secara tepat. Orang
yang terkenal berkat kecerdasan spasialnya adalah Picasso, Walt Disney, Steven
Spielberg, Garin Nugroho, Riri Riza, Leonardo Da Vinci, Charles Schulz
(pencipta karakter Peanuts), dan lainlain. Jenis pekerjaan yang membutuhkan
kecerdasan spasial adalah fotografer, dekorator ruang, perancang busana,
pembuat film, animator, arsitek, pilot, desainer interior, pelukis, pematung,
programer komputer, dan lain-lain.
Kecerdasan
yang mendukung adalah kecerdasan naturalis. Kecerdasan ini berguna untuk
mengenali alam sebagai sumber inspirasi yang tak terbatas bagi para seniman. Ia
memberikan berbagai macam masukan dalam pengembangan suatu gambar. Selain itu
kecerdasan logis juga dibutuhkan untuk menunjang kecerdasan ini. Dalam
pembacaan peta misalnya, penalaran dan pemikiran yang logis sangat dibutuhkan
untuk mencapai keakuratan. Seorang desainer grafis juga membutuhkan kecerdasan
linguistik dalam pekerjaannya. Dengan kecerdasan ini, ia dapat menjelaskan
hasil rancangannya secara lebih jelas dan tentunya menarik.
4. Kecerdasan Kinestetis
Kecerdasan kinestetis menyangkut
seluruh kemampuan untuk mengeksploitasi seluruh atau sebagian dari tubuh untuk
melakukan sesuatu. Orang yang cerdas fisiknya mempunyai koordinasi yang baik
antara pikiran dan tubuh untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai aktivitas.
Ia dapat menggunakan olah tubuh yang tepat dalam menyampaikan ide dan gagasan.
Kecerdasan ini dapat membangun kedekatan untuk mengkonsolidasikan dan
meyakinkan serta mendukung orang lain. Dalam beberapa bidang, kita menggunakan
kecerdasan ini untuk menciptakan bentuk ekspresi baru.
Orang yang kecerdasan kinestetisnya
tinggi dapat mengontrol gerakan, keseimbangan, dan ketangkasannya dalam
bergerak. Termasuk kecepatan, kekuatan, dan kelenturan. Jenis pekerjaan yang
mengeksploitasi bentuk kecerdasan ini adalah penari, atlet, pemain drama,
mekanik, pelatih, pengrajin, atlet, koreografer, dan lain-lain. Beberapa orang
yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Michael Jordan, Martha Graham
(penari balet), Susi Susanti, Dian Sastro, Christiano Ronaldo, Kirsten Dust,
Taufik Hidayat, dan Jim Carey.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini menyangkut kemampuan
untuk mengenali pola nada, mengerti dan mengembangkan teknik musikal, merespon
terhadap musik, menggunakan musik sebagai sarana untuk berkomunikasi,
menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, serta menciptakan pertunjukan dan
komposisi yang ekspresif. Anak yang memliki kecerdasan musik yang tinggi peka
terhadap warna nada/suara, melodi atau irama. Bahkan, lirik suatu lagu akan
mudah ia hafalkan dan ingat.
Untuk beberapa orang musik sangat berguna
karena ia dapat menghilangkan stres dan meningkatkan kinerja otak. Beberapa
jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musikal adalah guru musik, pembuat
instrumen atau alat musik, sound engineer, pemain band, konduktor, DJ, kritikus
musik, kolektor musik, pencipta lagu, penyanyi, komposer, dan lain-lain. Orang
yang terkenal karena kecerdasan ini adalah Sherina, Stevie Wonder, Indra
Lesmana, Ariel Peterpan, Melly Goeslow, Titik Puspa, dan banyak lagi.
Kecerdasan lain yang sangat mendukung pengembangan kecerdasan ini adalah
kecerdasan linguistik, kecerdasan kinestetis, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan spasial, dan kecerdasan naturalis. Kecerdasan linguistik dibutuhkan
dalam mengolah perasaan menjadi lirik yang mudah diterima oleh pendengar musik.
Kecerdasan kinestetis dibutuhkan dalam
mengkoordinasi tubuh untuk memainkan alat musik (kecuali vokalis). Dalam
kecerdasan intrapersonal, tak jarang lagu yang hit diidekan dari pengalaman
pribadi penciptanya. Sedangkan melalui kecerdasan spasial dan kecerdasan
naturalis, anak akan mengembangkan daya imajinasinya dan kepekaan dia mengenal
lingkungan sekitarnya. Selain itu, letak kecerdasan ini berada pada posisi otak
yang sama, yaitu kanan.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal sangat berguna
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, walupun kita berhubungan (berkomunikasi)
dengan orang lain setiap hari, tidak berarti semua orang bisa berkomunikasi.
Banyak orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan efektif dan efisien. Padahal
orang tersebut mempunyai ide yang cemerlang. Tetapi ide saja tidak cukup untuk
memberi pengertian pada orang lain tentang gagasan itu. Oleh karenanya
kecerdasan ini sangat membantu anak yang berkeinginan menjadi orang yang
sukses. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi mempunyai kemampuan
sosial yang tinggi. Ia akan mudah berhubungan dan berkomunikasi dengan orang
lain. Ia sanggup menempatkan diri dan membaca situasi orang-orang di
sekitarnya. Sehingga ia akan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Dalam kehidupan berorganisasi ia dapat mengorganisasikan orang lain.
Kegiatan-kegiatan berkelompok lebih disukainya dari pada mengerjakan secara
individual. Bentuk kecerdasan ini meliputi kemampuan mempersepsi dan membedakan
suasana hati, motivasi, perasaan, dan maksud orang lain. Dengan demikian, anak
pemilik kecerdasan interpersonal tinggi peka sekali pada bahasa tubuh lawan
bicaranya dan dapat menanggapinya dengan efektif. Lawan bicara akan merasa
nyaman bila berbicara dengan anak ini. Pada umumnya anak yang memiliki
kecerdasan interpersonal yang baik mempunyai kecerdasan emosi yang baik juga.
Beberapa jenis pekerjaan yang
menggunakan kecerdasan interpersonal adalah manajer, politisi, terapis, pekerja
sosial, konselor, mediator, pemimpin, psikolog, guru, atau konsultan. Orang
yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi.
Beliau memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia. Selain itu ada juga
Oprah Winfrey, Aa Gym, Indy Barens, Farhan, dan lain-lain. Kecerdasan yang
sangat mendukung kecerdasan ini diantaranya adalah kecerdasan linguistik.
Dengan pengolahan kata-kata yang baik, intonasi yang benar, efektif, dan
fisien, kemampuan sosial akan semakin terasah.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Orang yang kecerdasan intrapersonalnya
tinggi bisa memahami diri sendiri. Ia tahu tujuan hidupnya. Mempunyai
target-target yang ingin dicapai dan mengerti apa potensi dan
kelemahan-kelemahan yang ia miliki. Ia mempunyai kepekaan akan diri sendiri dan
situasi yang dihadapinya. Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk
memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan
kepribadian. Pada tahap lanjutan, ia akan selalu mengintrospeksi diri dan
menarik pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya maupun
yang terjadi pada orang lain. Kecerdasan ini sangat diperlukan untuk mengambil
berbagai keputusan penting dalam hidup kita dan untuk menghadapi berbagai
masalah yang timbul. Kecerdasan ini dapat membuat orang menjadi lebih cerdik
dan akurat dalam bertindak. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan
kebijaksanaan. Kecerdasan ini dianggap sebagai kecerdasan yang menentukan
kesuksesan seseorang. Karena ia mendorong orang untuk mengenal jati diri,
menilai kekuatan dan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri, nilai yang
diyakini serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun, dan
mengembangkan konsep dan teori, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan
menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Ketika ini terjadi maka
kecerdasan ini menjadikan segala tindakannya menjadi lebih terarah dan logis.
Orang-orang terkenal yang menggunakan kecerdasan ini adalah Soekarno, Aa Gym,
kak Seto, Donald Trump, Sherina, dan lain-lain.
Beberapa jenis pekerjaan yang
menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama, ahli filosofi,
psikolog, guru, konsultan, penemu, aktris, atlet, detektif, dan lain-lain.
Kecerdasan yang mendukung kecerdasan ini adalah kecerdasan musikal,
matematis-logis, spasial, dan naturalis. Kecerdasan musikal dapat membantu
dalam usaha perenungan. Usaha perenungan di alam terbuka juga efektif dalam
mengevalusi diri. Oleh karenanya kecerdasan naturalis juga memengaruhi
perkembangan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan matematis-logis dapat
mengembangkan kemampuan nalar dan menyusun strategi pencapaian cita-cita. Orang
dengan kecerdasan spasial bisa menuangkan hasil perenungannya dalam bentuk
gambar agar lebih mudah diingat. Selain itu, dapat pula menggambarkan kemampuan
anak untuk memprediksi keinginannya berdasarkan gambaran jelas masa lalunya.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini secara sederhana, dapat
diartikan dengan kecerdasan untuk mengenali alam dan lingkungannya. Ia dapat
mudah mengkategorikan flora dan fauna yang ada di sekitarnya. Kepekaan terhadap
lingkungannya termasuk fenomena alam di sekitarnya sangat hebat. Bila di
lingkungan pegunungan, dengan mudah ia bisa membedakan gunung dan bukit. Orang
yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi, sangat menyukai alam dan
lingkungannya. Ia biasanya suka bepergian dan melakukan segala macam kegiatan
di luar ruang, selain juga suka memelihara binatang atau merawat tanaman. Orang
terkenal yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi diantaranya adalah Bono
U2 yang menjadi aktivis Green Peace, Erin Bronkovich (seorang aktifis
lingkungan hidup).
Rasa kepedulian terhadap lingkungan
tumbuh dengan pesat. Sehingga orang yang kecerdasan naturalisnya baik akan
menjaga lingkungan sekitarnya dengan sebaik baiknya. Alam diyakininya sebagai
sesuatu yang harus dijaga dan dipelihara. Selain kepeduliannya terhadap alam,
ia juga memiliki rasa sayang terhadap binatang. Ia suka memelihara binatang.
Jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi,
ahli konservasi lingkungan, arkeolog, ahli botani, aktivis lingkungan, ahli
desain tanaman, pelaut, paleontologis, vulkanolog, dan lain-lain.
Kecerdasan ini akan dapat lebih
berkembang jika ia didukung dengan kecerdasan lain. Kecerdasan tersebut adalah
kecerdasan Jasmani. Kecerdasan jasmani ini sangat membantu dalam kegiatan naik
gunung, berkemah atau kegiatan lain di alam terbuka. Kecerdasan jasmani membuat
stamina menjadi cukup kuat dan energi dapat digunakan dengan maksimal dan
efektif.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan
ini menyangkut kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu
mengenai kehidupan, kepekaan, dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan
eksistensinya, kematian, dan realita yang ada. Orang–orang ini tidak puas
dengan menerima keberadaannya saja, tetapi ia akan mencari jawaban yang
terdalam. Orang dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan
menunjukkan keingintahuan mengenai bagaimana bumi bertahun-tahun yang lalu,
mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk
hidup setelah mati, mengapa kita ada, apakah ada dimensi kehidupan lain dan
berbagai pertanyaan sejenis. Kecerdasan ini sangat berkembang pada filsuf
seperti Plato, Kant, Descrates, Sastre, dan lain-lain.
F. POINT-POINT UTAMA DALAM KECERDASAN
MAJEMUK
Untuk memahami teori ini lebih lanjut,
Thomas Armstrong dalam Sekolah Para Juara (Kaifa, 2002), menyebutkan poin-poin
utama dalam teori kecerdasan majemuk yaitu :
1. Setiap orang memiliki kedelapan
kecerdasan.
Teori kecerdasan majemuk bukanlah
“teori jenis” untuk menentukan satu kecerdasan yang sesuai. Teori ini adalah
teori fungsi kognitif, yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas
dalam kedelapan kecerdasan tersebut. Tentu saja, kedelapan kecerdasan tersebut
berfungsi bersama-sama dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang.
Beberapa orang memiliki tingkatan yang sangat tinggi pada semua atau hampir
semua kecerdasan, misalnya filsuf Jerman Johann Wolfgang Von Goethe, para
penyair, negarawan, ilmuwan, dan para naturalis. Seseorang yang ada di lembaga
keterbelakangan mental, tampaknya memiliki kekurangan dalam semua aspek
kecerdasan, kecuali aspek kecerdasan yang paling mendasar. Secara umum, kita
cukup berkembang dalam kecerdasan tertentu, dan relatif agak terbelakang dalam
kecerdasan yang lain.
2. Orang pada umumnya dapat
mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai.
Meskipun semua orang akan menyesali
kekurangan di wilayah kecerdasan tertentu dan menganggap masalah ini sebagai
masalah bawaan dan tidak dapat diubah, Gardner berpendapat bahwa setiap orang
sebenarnya memiliki kemampuan mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada
kinerja tingkat tinggi yang memadai apabila ia memperoleh banyak dukungan,
pengayaan, dan pengajaran. Gardner mengambil contoh pada ’Program Pendidikan
Bakat Suzuki’ yang menunjukkan bagaimana seseorang yang memiliki talenta
musik-biologis yang relatif pas-pasan, dapat mencapai tingkat kemahiran yang
mengagumkan dalam memainkan biola melalui kombinasi pengaruh lingkungan yang
tepat (misalnya, keterlibatan orang tua, pengenalan pada musik klasik sejak
masa pertumbuhan, dan pengajaran musik sejak dini). Model pendidikan semacam
ini juga dapat diterapkan pada kecerdasan-kecerdasan yang lain.
3. Kecerdasan-kecerdasan umumnya
bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks
Gardner menunjukkan bahwa setiap
kecerdasan yang telah dibahas sebelumnya sebenamya hanyalah “rekaan”. Disebut
rekaan, karena tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri dalam kehidupan
sehari-hari (kecuali mungkin untuk kasus yang amat langka pada diri savant dan
orang yang mengalami cedera otak). Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama
lain. Untuk memasak makanan orang harus membaca resep (linguistik), mungkin
perlu membaginya menjadi setengah resep (matematis-logis), membuat menu yang
dapat memuaskan seluruh anggota keluarga (interpersonal), dan juga memenuhi
selera dirinya sendiri (intrapersonal). Demikian pula, ketika seorang anak
bermain bola kaki, ia membutuhkan kecerdasan kinestetik (berlari, menendang,
atau menangkap bola), kecerdasan spasial (mengorientasikan diri di lapangan
tempat bermain dan mengantisipasi lintasan bola yang melayang), dan kecerdasan
linguistik dan interpersonal (agar dapat mengutarakan argumen dengan benar
ketika melakukan protes kepada wasit). Dalam teori kecerdasan majemuk,
kecerdasan keluar dari konteks aslinya agar dapat dinilai aspek-aspek
esensialnya dan dipelajari cara penggunaannya secara efektif. Kita harus selalu
ingat untuk mengembalikan kecerdasan tersebut ke dalam konteks bernilai budaya
yang spesifik setelah rampung mempelajarinya.
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas
dalam setiap kategori
Tidak
ada rangkaian atribut standar yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut
cerdas dalam wilayah tertentu. Oleh karena itu, orang mungkin saja tidak dapat
membaca, tetapi memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi, karena ia dapat
menyampaikan cerita yang memukau atau memiliki kosa kata lisan yang luas.
Demikian pula, orang mungkin tampak canggung ketika berada di lapangan olah
raga, tetapi memiliki kecerdasan kinestetis-jasmani yang luar biasa ketika ia
merajut karpet atau membuat papan catur yang indah. Teori kecerdasan majemuk
menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat, baik dalam satu
kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan.
G. TINJAUAN TERHADAP TEORI KECERDASAN
MAJEMUK
Dalam perjalanannya, teori ini
mengalami banyak rintangan untuk dapat diterima oleh masyarakat umum. Semenjak
dicetuskan Gardner tahun 1983, melalui bukunya The Frames of Mind , banyak
orang dan ahli meragukan teori ini sebagai teori yang dapat bertahan lama.
Mereka beranggapan bahwa teori ini masih sangat mentah untuk dapat dijadikan
rujukan dalam dunia pendidikan, karena teori ini tidak berangkat dari suatu
penelitian yang lama. Dalam arti teorinya tampak lebih spekulatif. Beberapa
ahli psikologi mengatakan bahwa teori ini masih tetap menekankan segi
intelektual dan kurang menekankan unsur perasaan serta emosi dalam diri
manusia. Maka, teori kecerdasan majemuk tidak membicarakan pendidikan secara
menyeluruh. Menurutnya, meski seseorang mempunyai inteligensi tinggi, tetapi
bisa jadi ia seorang yang jahat kepada orang lain, bahkan mungkin tidak
bermoral. Gardner mengatakan bahwa teori ini memang tidak bicara tentang
kemanusiaan yang lebih menyeluruh, namun teori ini membicarakan lebih kepada
kecerdasan. Walaupun demikian seperti dikatakan di bagian 2, teori ini
sebenarnya berkaitan dengan teori kecerdasan lain, seperti teori kecerdasan
emosional. Apakah mungkin, seorang petinju yang cerdas kinestetisnya seperti
Muhammad Ali hanya mengandalkan kekuatan fisiknya tanpa mengandalkan kecerdasan
interpersonalnya untuk mengenali emosi lawan? Banyak orang beranggapan bahwa
beberapa kecerdasan dalam teori kecerdasan majemuk, yaitu kecerdasan musikal,
spasial, dan kinestetis adalah merupakan bakat bukan kecerdasan. Kecerdasan
tersebut adalah bawaan atau bakat seseorang semenjak mereka dihahirkan.
Menjawab hal ini, dalam sebuah wawancara Gardner berkata, ’’Saya sengaja agak
provokatif. Jika saya mengatakan ada tujuh kemampuan, orang tidak akan begitu
peduli dan akan berkata sambil lalu ’ya… ya…ya…!’.
Namun dengan menyebut kategori-kategori
tersebut kecerdasan, saya mengatakan bahwa kita cenderung akan menilai tinggi
sesuatu yang disebut kecerdasan. Padahal memang ada berbagai jenis kecerdasan,
dan beberapa di antaranya tidak kita anggap kecerdasan” (Weinreich-Haste,
1985). Beberapa kritikus mengatakan bahwa kategori-kategori yang diusung
Gardner sebenarnya bukanlah hal yang baru. Menurut mereka kemampuan tersebut
pernah dibicarakan oleh Dewey dan Sprange, yang membicarakan masalah variasi
kemampuan orang dalam menghadapi persoalan hidup.
Kritikus lain juga mengkritik mengenai
keleluasaan yang diciptakan Gardner mengenai kecerdasan. Teori kecerdasan
Gardner kurang pasti, kurang saintifik, dan terlalu membuka ruang debat. Teori
ini membuka kemungkinan munculnya banyak inteligensi yang mengakibatkan teori
tersebut terlalu berkembang luas tanpa ada titik. Bagi para pengkritik, teori
ini tidak praktis di lapangan (Smerechansky-Metzger, 1995). Dalam kenyataannya,
sekolah kita dipadati oleh sejumlah banyak murid yang mempunyai karakter yang
berbeda dan khas. Teori ini hanya bisa diaplikasikan pada kelas kecil dan
jumlah siswa sedikit.
Tahun 2000-an adalah tahun yang
menggembirakan bagi teori ini. Setelah Gradner berhasil menerapkan teorinya
pada beberapa sekolah dan menghasilkan prestasi siswa yang baik, pada akhirnya
banyak kalangan yang menggunakan teori ini dalam bidang pendidikan. Menurut
Eisner, teori ini menyadarkan akan kesalahan sekolah dan universitas yang hanya
menggunakan tes matematika dan bahasa (IQ) sebagai ujian tes masuk. Gardner
menyadarkan kita semua akan kesalahan tersebut dan membuka wawasan kita
mengenai penilaian yang lebih luas akan kemampuan seseorang. Teori Gardner
memandang pendidikan lebih personal karena memperhatikan kekhasan siswa
masing-masing. Bahkan dalam evaluasi, guru perlu menggunakan berbagai bentuk
model tes yang sesuai dengan inteligensi siswa, bukan hanya tes tertulis. Dalam
pelaksanaan teori ini di sekolah, siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan
caranya sendiri dan sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
Teori
ini mengakibatkan guru lebih kreatif dan menggunakan teknik-teknik yang
variatif sehingga membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Yang
menggembirakan adalah bahwa teori ini menganggap kecerdasan dapat tumbuh dan
berkembang jika ia ditempatkan pada situsi yang kondusif. Pandangan ini
bertolak belakang dengan teori klasik yang mengatakan bahwa kecerdasan itu
statis, tetap sejak lahir, dan tidak dapat dikembangkan. Menurut Gardner,
kecerdasan memang ada sejak lahir, tetapi dapat dikembangkan ke tingkat
tertentu. Dan dengan pendidikan yang tepat, maka itu akan sangat membantu
mengembangkan kecerdasan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Chatib, munif dan alamsyah. 2012.
Sekolah Anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak. Bandung : PT. Mizan Pustaka
Dadang,
asep. 2007. Penerapan Multiple Intelligences dalam Kelas. Bandung : PT.
Globalindo Universal Multikreasi
4. Kecerdasan Kinestetis
Kecerdasan kinestetis menyangkut seluruh kemampuan untuk mengeksploitasi seluruh atau sebagian dari tubuh untuk melakukan sesuatu. Orang yang cerdas fisiknya mempunyai koordinasi yang baik antara pikiran dan tubuh untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai aktivitas. Ia dapat menggunakan olah tubuh yang tepat dalam menyampaikan ide dan gagasan. Kecerdasan ini dapat membangun kedekatan untuk mengkonsolidasikan dan meyakinkan serta mendukung orang lain. Dalam beberapa bidang, kita menggunakan kecerdasan ini untuk menciptakan bentuk ekspresi baru.
Orang yang kecerdasan kinestetisnya tinggi dapat mengontrol gerakan, keseimbangan, dan ketangkasannya dalam bergerak. Termasuk kecepatan, kekuatan, dan kelenturan. Jenis pekerjaan yang mengeksploitasi bentuk kecerdasan ini adalah penari, atlet, pemain drama, mekanik, pelatih, pengrajin, atlet, koreografer, dan lain-lain. Beberapa orang yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti, Dian Sastro, Christiano Ronaldo, Kirsten Dust, Taufik Hidayat, dan Jim Carey.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini menyangkut kemampuan untuk mengenali pola nada, mengerti dan mengembangkan teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan musik sebagai sarana untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, serta menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Anak yang memliki kecerdasan musik yang tinggi peka terhadap warna nada/suara, melodi atau irama. Bahkan, lirik suatu lagu akan mudah ia hafalkan dan ingat.
Untuk beberapa orang musik sangat berguna karena ia dapat menghilangkan stres dan meningkatkan kinerja otak. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musikal adalah guru musik, pembuat instrumen atau alat musik, sound engineer, pemain band, konduktor, DJ, kritikus musik, kolektor musik, pencipta lagu, penyanyi, komposer, dan lain-lain. Orang yang terkenal karena kecerdasan ini adalah Sherina, Stevie Wonder, Indra Lesmana, Ariel Peterpan, Melly Goeslow, Titik Puspa, dan banyak lagi. Kecerdasan lain yang sangat mendukung pengembangan kecerdasan ini adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan kinestetis, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spasial, dan kecerdasan naturalis. Kecerdasan linguistik dibutuhkan dalam mengolah perasaan menjadi lirik yang mudah diterima oleh pendengar musik.
Kecerdasan kinestetis dibutuhkan dalam mengkoordinasi tubuh untuk memainkan alat musik (kecuali vokalis). Dalam kecerdasan intrapersonal, tak jarang lagu yang hit diidekan dari pengalaman pribadi penciptanya. Sedangkan melalui kecerdasan spasial dan kecerdasan naturalis, anak akan mengembangkan daya imajinasinya dan kepekaan dia mengenal lingkungan sekitarnya. Selain itu, letak kecerdasan ini berada pada posisi otak yang sama, yaitu kanan.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Namun, walupun kita berhubungan (berkomunikasi) dengan orang lain setiap hari, tidak berarti semua orang bisa berkomunikasi. Banyak orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan efektif dan efisien. Padahal orang tersebut mempunyai ide yang cemerlang. Tetapi ide saja tidak cukup untuk memberi pengertian pada orang lain tentang gagasan itu. Oleh karenanya kecerdasan ini sangat membantu anak yang berkeinginan menjadi orang yang sukses. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi mempunyai kemampuan sosial yang tinggi. Ia akan mudah berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Ia sanggup menempatkan diri dan membaca situasi orang-orang di sekitarnya. Sehingga ia akan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dalam kehidupan berorganisasi ia dapat mengorganisasikan orang lain. Kegiatan-kegiatan berkelompok lebih disukainya dari pada mengerjakan secara individual. Bentuk kecerdasan ini meliputi kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, motivasi, perasaan, dan maksud orang lain. Dengan demikian, anak pemilik kecerdasan interpersonal tinggi peka sekali pada bahasa tubuh lawan bicaranya dan dapat menanggapinya dengan efektif. Lawan bicara akan merasa nyaman bila berbicara dengan anak ini. Pada umumnya anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik mempunyai kecerdasan emosi yang baik juga.
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan interpersonal adalah manajer, politisi, terapis, pekerja sosial, konselor, mediator, pemimpin, psikolog, guru, atau konsultan. Orang yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi. Beliau memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia. Selain itu ada juga Oprah Winfrey, Aa Gym, Indy Barens, Farhan, dan lain-lain. Kecerdasan yang sangat mendukung kecerdasan ini diantaranya adalah kecerdasan linguistik. Dengan pengolahan kata-kata yang baik, intonasi yang benar, efektif, dan fisien, kemampuan sosial akan semakin terasah.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Orang yang kecerdasan intrapersonalnya tinggi bisa memahami diri sendiri. Ia tahu tujuan hidupnya. Mempunyai target-target yang ingin dicapai dan mengerti apa potensi dan kelemahan-kelemahan yang ia miliki. Ia mempunyai kepekaan akan diri sendiri dan situasi yang dihadapinya. Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Pada tahap lanjutan, ia akan selalu mengintrospeksi diri dan menarik pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya maupun yang terjadi pada orang lain. Kecerdasan ini sangat diperlukan untuk mengambil berbagai keputusan penting dalam hidup kita dan untuk menghadapi berbagai masalah yang timbul. Kecerdasan ini dapat membuat orang menjadi lebih cerdik dan akurat dalam bertindak. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan. Kecerdasan ini dianggap sebagai kecerdasan yang menentukan kesuksesan seseorang. Karena ia mendorong orang untuk mengenal jati diri, menilai kekuatan dan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri, nilai yang diyakini serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun, dan mengembangkan konsep dan teori, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Ketika ini terjadi maka kecerdasan ini menjadikan segala tindakannya menjadi lebih terarah dan logis. Orang-orang terkenal yang menggunakan kecerdasan ini adalah Soekarno, Aa Gym, kak Seto, Donald Trump, Sherina, dan lain-lain.
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama, ahli filosofi, psikolog, guru, konsultan, penemu, aktris, atlet, detektif, dan lain-lain. Kecerdasan yang mendukung kecerdasan ini adalah kecerdasan musikal, matematis-logis, spasial, dan naturalis. Kecerdasan musikal dapat membantu dalam usaha perenungan. Usaha perenungan di alam terbuka juga efektif dalam mengevalusi diri. Oleh karenanya kecerdasan naturalis juga memengaruhi perkembangan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan matematis-logis dapat mengembangkan kemampuan nalar dan menyusun strategi pencapaian cita-cita. Orang dengan kecerdasan spasial bisa menuangkan hasil perenungannya dalam bentuk gambar agar lebih mudah diingat. Selain itu, dapat pula menggambarkan kemampuan anak untuk memprediksi keinginannya berdasarkan gambaran jelas masa lalunya.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini secara sederhana, dapat diartikan dengan kecerdasan untuk mengenali alam dan lingkungannya. Ia dapat mudah mengkategorikan flora dan fauna yang ada di sekitarnya. Kepekaan terhadap lingkungannya termasuk fenomena alam di sekitarnya sangat hebat. Bila di lingkungan pegunungan, dengan mudah ia bisa membedakan gunung dan bukit. Orang yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi, sangat menyukai alam dan lingkungannya. Ia biasanya suka bepergian dan melakukan segala macam kegiatan di luar ruang, selain juga suka memelihara binatang atau merawat tanaman. Orang terkenal yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi diantaranya adalah Bono U2 yang menjadi aktivis Green Peace, Erin Bronkovich (seorang aktifis lingkungan hidup).
Rasa kepedulian terhadap lingkungan tumbuh dengan pesat. Sehingga orang yang kecerdasan naturalisnya baik akan menjaga lingkungan sekitarnya dengan sebaik baiknya. Alam diyakininya sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dipelihara. Selain kepeduliannya terhadap alam, ia juga memiliki rasa sayang terhadap binatang. Ia suka memelihara binatang. Jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi, ahli konservasi lingkungan, arkeolog, ahli botani, aktivis lingkungan, ahli desain tanaman, pelaut, paleontologis, vulkanolog, dan lain-lain.
Kecerdasan ini akan dapat lebih berkembang jika ia didukung dengan kecerdasan lain. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan Jasmani. Kecerdasan jasmani ini sangat membantu dalam kegiatan naik gunung, berkemah atau kegiatan lain di alam terbuka. Kecerdasan jasmani membuat stamina menjadi cukup kuat dan energi dapat digunakan dengan maksimal dan efektif.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan ini menyangkut kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kepekaan, dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan eksistensinya, kematian, dan realita yang ada. Orang–orang ini tidak puas dengan menerima keberadaannya saja, tetapi ia akan mencari jawaban yang terdalam. Orang dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaimana bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, mengapa kita ada, apakah ada dimensi kehidupan lain dan berbagai pertanyaan sejenis. Kecerdasan ini sangat berkembang pada filsuf seperti Plato, Kant, Descrates, Sastre, dan lain-lain.
Kecerdasan kinestetis menyangkut seluruh kemampuan untuk mengeksploitasi seluruh atau sebagian dari tubuh untuk melakukan sesuatu. Orang yang cerdas fisiknya mempunyai koordinasi yang baik antara pikiran dan tubuh untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai aktivitas. Ia dapat menggunakan olah tubuh yang tepat dalam menyampaikan ide dan gagasan. Kecerdasan ini dapat membangun kedekatan untuk mengkonsolidasikan dan meyakinkan serta mendukung orang lain. Dalam beberapa bidang, kita menggunakan kecerdasan ini untuk menciptakan bentuk ekspresi baru.
Orang yang kecerdasan kinestetisnya tinggi dapat mengontrol gerakan, keseimbangan, dan ketangkasannya dalam bergerak. Termasuk kecepatan, kekuatan, dan kelenturan. Jenis pekerjaan yang mengeksploitasi bentuk kecerdasan ini adalah penari, atlet, pemain drama, mekanik, pelatih, pengrajin, atlet, koreografer, dan lain-lain. Beberapa orang yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti, Dian Sastro, Christiano Ronaldo, Kirsten Dust, Taufik Hidayat, dan Jim Carey.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini menyangkut kemampuan untuk mengenali pola nada, mengerti dan mengembangkan teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan musik sebagai sarana untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, serta menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Anak yang memliki kecerdasan musik yang tinggi peka terhadap warna nada/suara, melodi atau irama. Bahkan, lirik suatu lagu akan mudah ia hafalkan dan ingat.
Untuk beberapa orang musik sangat berguna karena ia dapat menghilangkan stres dan meningkatkan kinerja otak. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musikal adalah guru musik, pembuat instrumen atau alat musik, sound engineer, pemain band, konduktor, DJ, kritikus musik, kolektor musik, pencipta lagu, penyanyi, komposer, dan lain-lain. Orang yang terkenal karena kecerdasan ini adalah Sherina, Stevie Wonder, Indra Lesmana, Ariel Peterpan, Melly Goeslow, Titik Puspa, dan banyak lagi. Kecerdasan lain yang sangat mendukung pengembangan kecerdasan ini adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan kinestetis, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spasial, dan kecerdasan naturalis. Kecerdasan linguistik dibutuhkan dalam mengolah perasaan menjadi lirik yang mudah diterima oleh pendengar musik.
Kecerdasan kinestetis dibutuhkan dalam mengkoordinasi tubuh untuk memainkan alat musik (kecuali vokalis). Dalam kecerdasan intrapersonal, tak jarang lagu yang hit diidekan dari pengalaman pribadi penciptanya. Sedangkan melalui kecerdasan spasial dan kecerdasan naturalis, anak akan mengembangkan daya imajinasinya dan kepekaan dia mengenal lingkungan sekitarnya. Selain itu, letak kecerdasan ini berada pada posisi otak yang sama, yaitu kanan.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Namun, walupun kita berhubungan (berkomunikasi) dengan orang lain setiap hari, tidak berarti semua orang bisa berkomunikasi. Banyak orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan efektif dan efisien. Padahal orang tersebut mempunyai ide yang cemerlang. Tetapi ide saja tidak cukup untuk memberi pengertian pada orang lain tentang gagasan itu. Oleh karenanya kecerdasan ini sangat membantu anak yang berkeinginan menjadi orang yang sukses. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi mempunyai kemampuan sosial yang tinggi. Ia akan mudah berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Ia sanggup menempatkan diri dan membaca situasi orang-orang di sekitarnya. Sehingga ia akan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dalam kehidupan berorganisasi ia dapat mengorganisasikan orang lain. Kegiatan-kegiatan berkelompok lebih disukainya dari pada mengerjakan secara individual. Bentuk kecerdasan ini meliputi kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, motivasi, perasaan, dan maksud orang lain. Dengan demikian, anak pemilik kecerdasan interpersonal tinggi peka sekali pada bahasa tubuh lawan bicaranya dan dapat menanggapinya dengan efektif. Lawan bicara akan merasa nyaman bila berbicara dengan anak ini. Pada umumnya anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik mempunyai kecerdasan emosi yang baik juga.
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan interpersonal adalah manajer, politisi, terapis, pekerja sosial, konselor, mediator, pemimpin, psikolog, guru, atau konsultan. Orang yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi. Beliau memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia. Selain itu ada juga Oprah Winfrey, Aa Gym, Indy Barens, Farhan, dan lain-lain. Kecerdasan yang sangat mendukung kecerdasan ini diantaranya adalah kecerdasan linguistik. Dengan pengolahan kata-kata yang baik, intonasi yang benar, efektif, dan fisien, kemampuan sosial akan semakin terasah.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Orang yang kecerdasan intrapersonalnya tinggi bisa memahami diri sendiri. Ia tahu tujuan hidupnya. Mempunyai target-target yang ingin dicapai dan mengerti apa potensi dan kelemahan-kelemahan yang ia miliki. Ia mempunyai kepekaan akan diri sendiri dan situasi yang dihadapinya. Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Pada tahap lanjutan, ia akan selalu mengintrospeksi diri dan menarik pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya maupun yang terjadi pada orang lain. Kecerdasan ini sangat diperlukan untuk mengambil berbagai keputusan penting dalam hidup kita dan untuk menghadapi berbagai masalah yang timbul. Kecerdasan ini dapat membuat orang menjadi lebih cerdik dan akurat dalam bertindak. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan. Kecerdasan ini dianggap sebagai kecerdasan yang menentukan kesuksesan seseorang. Karena ia mendorong orang untuk mengenal jati diri, menilai kekuatan dan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri, nilai yang diyakini serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun, dan mengembangkan konsep dan teori, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Ketika ini terjadi maka kecerdasan ini menjadikan segala tindakannya menjadi lebih terarah dan logis. Orang-orang terkenal yang menggunakan kecerdasan ini adalah Soekarno, Aa Gym, kak Seto, Donald Trump, Sherina, dan lain-lain.
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama, ahli filosofi, psikolog, guru, konsultan, penemu, aktris, atlet, detektif, dan lain-lain. Kecerdasan yang mendukung kecerdasan ini adalah kecerdasan musikal, matematis-logis, spasial, dan naturalis. Kecerdasan musikal dapat membantu dalam usaha perenungan. Usaha perenungan di alam terbuka juga efektif dalam mengevalusi diri. Oleh karenanya kecerdasan naturalis juga memengaruhi perkembangan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan matematis-logis dapat mengembangkan kemampuan nalar dan menyusun strategi pencapaian cita-cita. Orang dengan kecerdasan spasial bisa menuangkan hasil perenungannya dalam bentuk gambar agar lebih mudah diingat. Selain itu, dapat pula menggambarkan kemampuan anak untuk memprediksi keinginannya berdasarkan gambaran jelas masa lalunya.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini secara sederhana, dapat diartikan dengan kecerdasan untuk mengenali alam dan lingkungannya. Ia dapat mudah mengkategorikan flora dan fauna yang ada di sekitarnya. Kepekaan terhadap lingkungannya termasuk fenomena alam di sekitarnya sangat hebat. Bila di lingkungan pegunungan, dengan mudah ia bisa membedakan gunung dan bukit. Orang yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi, sangat menyukai alam dan lingkungannya. Ia biasanya suka bepergian dan melakukan segala macam kegiatan di luar ruang, selain juga suka memelihara binatang atau merawat tanaman. Orang terkenal yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi diantaranya adalah Bono U2 yang menjadi aktivis Green Peace, Erin Bronkovich (seorang aktifis lingkungan hidup).
Rasa kepedulian terhadap lingkungan tumbuh dengan pesat. Sehingga orang yang kecerdasan naturalisnya baik akan menjaga lingkungan sekitarnya dengan sebaik baiknya. Alam diyakininya sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dipelihara. Selain kepeduliannya terhadap alam, ia juga memiliki rasa sayang terhadap binatang. Ia suka memelihara binatang. Jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi, ahli konservasi lingkungan, arkeolog, ahli botani, aktivis lingkungan, ahli desain tanaman, pelaut, paleontologis, vulkanolog, dan lain-lain.
Kecerdasan ini akan dapat lebih berkembang jika ia didukung dengan kecerdasan lain. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan Jasmani. Kecerdasan jasmani ini sangat membantu dalam kegiatan naik gunung, berkemah atau kegiatan lain di alam terbuka. Kecerdasan jasmani membuat stamina menjadi cukup kuat dan energi dapat digunakan dengan maksimal dan efektif.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan ini menyangkut kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kepekaan, dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan eksistensinya, kematian, dan realita yang ada. Orang–orang ini tidak puas dengan menerima keberadaannya saja, tetapi ia akan mencari jawaban yang terdalam. Orang dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaimana bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, mengapa kita ada, apakah ada dimensi kehidupan lain dan berbagai pertanyaan sejenis. Kecerdasan ini sangat berkembang pada filsuf seperti Plato, Kant, Descrates, Sastre, dan lain-lain.
F. POINT-POINT UTAMA DALAM KECERDASAN MAJEMUK
Untuk memahami teori ini lebih lanjut, Thomas Armstrong dalam Sekolah Para Juara (Kaifa, 2002), menyebutkan poin-poin utama dalam teori kecerdasan majemuk yaitu :
1. Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan.
Teori kecerdasan majemuk bukanlah “teori jenis” untuk menentukan satu kecerdasan yang sesuai. Teori ini adalah teori fungsi kognitif, yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut. Tentu saja, kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi bersama-sama dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang. Beberapa orang memiliki tingkatan yang sangat tinggi pada semua atau hampir semua kecerdasan, misalnya filsuf Jerman Johann Wolfgang Von Goethe, para penyair, negarawan, ilmuwan, dan para naturalis. Seseorang yang ada di lembaga keterbelakangan mental, tampaknya memiliki kekurangan dalam semua aspek kecerdasan, kecuali aspek kecerdasan yang paling mendasar. Secara umum, kita cukup berkembang dalam kecerdasan tertentu, dan relatif agak terbelakang dalam kecerdasan yang lain.
2. Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai.
Meskipun semua orang akan menyesali kekurangan di wilayah kecerdasan tertentu dan menganggap masalah ini sebagai masalah bawaan dan tidak dapat diubah, Gardner berpendapat bahwa setiap orang sebenarnya memiliki kemampuan mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada kinerja tingkat tinggi yang memadai apabila ia memperoleh banyak dukungan, pengayaan, dan pengajaran. Gardner mengambil contoh pada ’Program Pendidikan Bakat Suzuki’ yang menunjukkan bagaimana seseorang yang memiliki talenta musik-biologis yang relatif pas-pasan, dapat mencapai tingkat kemahiran yang mengagumkan dalam memainkan biola melalui kombinasi pengaruh lingkungan yang tepat (misalnya, keterlibatan orang tua, pengenalan pada musik klasik sejak masa pertumbuhan, dan pengajaran musik sejak dini). Model pendidikan semacam ini juga dapat diterapkan pada kecerdasan-kecerdasan yang lain.
3. Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks
Gardner menunjukkan bahwa setiap kecerdasan yang telah dibahas sebelumnya sebenamya hanyalah “rekaan”. Disebut rekaan, karena tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari (kecuali mungkin untuk kasus yang amat langka pada diri savant dan orang yang mengalami cedera otak). Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. Untuk memasak makanan orang harus membaca resep (linguistik), mungkin perlu membaginya menjadi setengah resep (matematis-logis), membuat menu yang dapat memuaskan seluruh anggota keluarga (interpersonal), dan juga memenuhi selera dirinya sendiri (intrapersonal). Demikian pula, ketika seorang anak bermain bola kaki, ia membutuhkan kecerdasan kinestetik (berlari, menendang, atau menangkap bola), kecerdasan spasial (mengorientasikan diri di lapangan tempat bermain dan mengantisipasi lintasan bola yang melayang), dan kecerdasan linguistik dan interpersonal (agar dapat mengutarakan argumen dengan benar ketika melakukan protes kepada wasit). Dalam teori kecerdasan majemuk, kecerdasan keluar dari konteks aslinya agar dapat dinilai aspek-aspek esensialnya dan dipelajari cara penggunaannya secara efektif. Kita harus selalu ingat untuk mengembalikan kecerdasan tersebut ke dalam konteks bernilai budaya yang spesifik setelah rampung mempelajarinya.
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Tidak ada rangkaian atribut standar yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas dalam wilayah tertentu. Oleh karena itu, orang mungkin saja tidak dapat membaca, tetapi memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi, karena ia dapat menyampaikan cerita yang memukau atau memiliki kosa kata lisan yang luas. Demikian pula, orang mungkin tampak canggung ketika berada di lapangan olah raga, tetapi memiliki kecerdasan kinestetis-jasmani yang luar biasa ketika ia merajut karpet atau membuat papan catur yang indah. Teori kecerdasan majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan.
1. Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan.
Teori kecerdasan majemuk bukanlah “teori jenis” untuk menentukan satu kecerdasan yang sesuai. Teori ini adalah teori fungsi kognitif, yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut. Tentu saja, kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi bersama-sama dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang. Beberapa orang memiliki tingkatan yang sangat tinggi pada semua atau hampir semua kecerdasan, misalnya filsuf Jerman Johann Wolfgang Von Goethe, para penyair, negarawan, ilmuwan, dan para naturalis. Seseorang yang ada di lembaga keterbelakangan mental, tampaknya memiliki kekurangan dalam semua aspek kecerdasan, kecuali aspek kecerdasan yang paling mendasar. Secara umum, kita cukup berkembang dalam kecerdasan tertentu, dan relatif agak terbelakang dalam kecerdasan yang lain.
2. Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai.
Meskipun semua orang akan menyesali kekurangan di wilayah kecerdasan tertentu dan menganggap masalah ini sebagai masalah bawaan dan tidak dapat diubah, Gardner berpendapat bahwa setiap orang sebenarnya memiliki kemampuan mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada kinerja tingkat tinggi yang memadai apabila ia memperoleh banyak dukungan, pengayaan, dan pengajaran. Gardner mengambil contoh pada ’Program Pendidikan Bakat Suzuki’ yang menunjukkan bagaimana seseorang yang memiliki talenta musik-biologis yang relatif pas-pasan, dapat mencapai tingkat kemahiran yang mengagumkan dalam memainkan biola melalui kombinasi pengaruh lingkungan yang tepat (misalnya, keterlibatan orang tua, pengenalan pada musik klasik sejak masa pertumbuhan, dan pengajaran musik sejak dini). Model pendidikan semacam ini juga dapat diterapkan pada kecerdasan-kecerdasan yang lain.
3. Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks
Gardner menunjukkan bahwa setiap kecerdasan yang telah dibahas sebelumnya sebenamya hanyalah “rekaan”. Disebut rekaan, karena tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari (kecuali mungkin untuk kasus yang amat langka pada diri savant dan orang yang mengalami cedera otak). Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. Untuk memasak makanan orang harus membaca resep (linguistik), mungkin perlu membaginya menjadi setengah resep (matematis-logis), membuat menu yang dapat memuaskan seluruh anggota keluarga (interpersonal), dan juga memenuhi selera dirinya sendiri (intrapersonal). Demikian pula, ketika seorang anak bermain bola kaki, ia membutuhkan kecerdasan kinestetik (berlari, menendang, atau menangkap bola), kecerdasan spasial (mengorientasikan diri di lapangan tempat bermain dan mengantisipasi lintasan bola yang melayang), dan kecerdasan linguistik dan interpersonal (agar dapat mengutarakan argumen dengan benar ketika melakukan protes kepada wasit). Dalam teori kecerdasan majemuk, kecerdasan keluar dari konteks aslinya agar dapat dinilai aspek-aspek esensialnya dan dipelajari cara penggunaannya secara efektif. Kita harus selalu ingat untuk mengembalikan kecerdasan tersebut ke dalam konteks bernilai budaya yang spesifik setelah rampung mempelajarinya.
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Tidak ada rangkaian atribut standar yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas dalam wilayah tertentu. Oleh karena itu, orang mungkin saja tidak dapat membaca, tetapi memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi, karena ia dapat menyampaikan cerita yang memukau atau memiliki kosa kata lisan yang luas. Demikian pula, orang mungkin tampak canggung ketika berada di lapangan olah raga, tetapi memiliki kecerdasan kinestetis-jasmani yang luar biasa ketika ia merajut karpet atau membuat papan catur yang indah. Teori kecerdasan majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan.
G. TINJAUAN TERHADAP TEORI KECERDASAN MAJEMUK
Dalam perjalanannya, teori ini mengalami banyak rintangan untuk dapat diterima oleh masyarakat umum. Semenjak dicetuskan Gardner tahun 1983, melalui bukunya The Frames of Mind , banyak orang dan ahli meragukan teori ini sebagai teori yang dapat bertahan lama. Mereka beranggapan bahwa teori ini masih sangat mentah untuk dapat dijadikan rujukan dalam dunia pendidikan, karena teori ini tidak berangkat dari suatu penelitian yang lama. Dalam arti teorinya tampak lebih spekulatif. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa teori ini masih tetap menekankan segi intelektual dan kurang menekankan unsur perasaan serta emosi dalam diri manusia. Maka, teori kecerdasan majemuk tidak membicarakan pendidikan secara menyeluruh. Menurutnya, meski seseorang mempunyai inteligensi tinggi, tetapi bisa jadi ia seorang yang jahat kepada orang lain, bahkan mungkin tidak bermoral. Gardner mengatakan bahwa teori ini memang tidak bicara tentang kemanusiaan yang lebih menyeluruh, namun teori ini membicarakan lebih kepada kecerdasan. Walaupun demikian seperti dikatakan di bagian 2, teori ini sebenarnya berkaitan dengan teori kecerdasan lain, seperti teori kecerdasan emosional. Apakah mungkin, seorang petinju yang cerdas kinestetisnya seperti Muhammad Ali hanya mengandalkan kekuatan fisiknya tanpa mengandalkan kecerdasan interpersonalnya untuk mengenali emosi lawan? Banyak orang beranggapan bahwa beberapa kecerdasan dalam teori kecerdasan majemuk, yaitu kecerdasan musikal, spasial, dan kinestetis adalah merupakan bakat bukan kecerdasan. Kecerdasan tersebut adalah bawaan atau bakat seseorang semenjak mereka dihahirkan. Menjawab hal ini, dalam sebuah wawancara Gardner berkata, ’’Saya sengaja agak provokatif. Jika saya mengatakan ada tujuh kemampuan, orang tidak akan begitu peduli dan akan berkata sambil lalu ’ya… ya…ya…!’.
Namun dengan menyebut kategori-kategori tersebut kecerdasan, saya mengatakan bahwa kita cenderung akan menilai tinggi sesuatu yang disebut kecerdasan. Padahal memang ada berbagai jenis kecerdasan, dan beberapa di antaranya tidak kita anggap kecerdasan” (Weinreich-Haste, 1985). Beberapa kritikus mengatakan bahwa kategori-kategori yang diusung Gardner sebenarnya bukanlah hal yang baru. Menurut mereka kemampuan tersebut pernah dibicarakan oleh Dewey dan Sprange, yang membicarakan masalah variasi kemampuan orang dalam menghadapi persoalan hidup.
Kritikus lain juga mengkritik mengenai keleluasaan yang diciptakan Gardner mengenai kecerdasan. Teori kecerdasan Gardner kurang pasti, kurang saintifik, dan terlalu membuka ruang debat. Teori ini membuka kemungkinan munculnya banyak inteligensi yang mengakibatkan teori tersebut terlalu berkembang luas tanpa ada titik. Bagi para pengkritik, teori ini tidak praktis di lapangan (Smerechansky-Metzger, 1995). Dalam kenyataannya, sekolah kita dipadati oleh sejumlah banyak murid yang mempunyai karakter yang berbeda dan khas. Teori ini hanya bisa diaplikasikan pada kelas kecil dan jumlah siswa sedikit.
Tahun 2000-an adalah tahun yang menggembirakan bagi teori ini. Setelah Gradner berhasil menerapkan teorinya pada beberapa sekolah dan menghasilkan prestasi siswa yang baik, pada akhirnya banyak kalangan yang menggunakan teori ini dalam bidang pendidikan. Menurut Eisner, teori ini menyadarkan akan kesalahan sekolah dan universitas yang hanya menggunakan tes matematika dan bahasa (IQ) sebagai ujian tes masuk. Gardner menyadarkan kita semua akan kesalahan tersebut dan membuka wawasan kita mengenai penilaian yang lebih luas akan kemampuan seseorang. Teori Gardner memandang pendidikan lebih personal karena memperhatikan kekhasan siswa masing-masing. Bahkan dalam evaluasi, guru perlu menggunakan berbagai bentuk model tes yang sesuai dengan inteligensi siswa, bukan hanya tes tertulis. Dalam pelaksanaan teori ini di sekolah, siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan caranya sendiri dan sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
Teori ini mengakibatkan guru lebih kreatif dan menggunakan teknik-teknik yang variatif sehingga membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Yang menggembirakan adalah bahwa teori ini menganggap kecerdasan dapat tumbuh dan berkembang jika ia ditempatkan pada situsi yang kondusif. Pandangan ini bertolak belakang dengan teori klasik yang mengatakan bahwa kecerdasan itu statis, tetap sejak lahir, dan tidak dapat dikembangkan. Menurut Gardner, kecerdasan memang ada sejak lahir, tetapi dapat dikembangkan ke tingkat tertentu. Dan dengan pendidikan yang tepat, maka itu akan sangat membantu mengembangkan kecerdasan seseorang.
Namun dengan menyebut kategori-kategori tersebut kecerdasan, saya mengatakan bahwa kita cenderung akan menilai tinggi sesuatu yang disebut kecerdasan. Padahal memang ada berbagai jenis kecerdasan, dan beberapa di antaranya tidak kita anggap kecerdasan” (Weinreich-Haste, 1985). Beberapa kritikus mengatakan bahwa kategori-kategori yang diusung Gardner sebenarnya bukanlah hal yang baru. Menurut mereka kemampuan tersebut pernah dibicarakan oleh Dewey dan Sprange, yang membicarakan masalah variasi kemampuan orang dalam menghadapi persoalan hidup.
Kritikus lain juga mengkritik mengenai keleluasaan yang diciptakan Gardner mengenai kecerdasan. Teori kecerdasan Gardner kurang pasti, kurang saintifik, dan terlalu membuka ruang debat. Teori ini membuka kemungkinan munculnya banyak inteligensi yang mengakibatkan teori tersebut terlalu berkembang luas tanpa ada titik. Bagi para pengkritik, teori ini tidak praktis di lapangan (Smerechansky-Metzger, 1995). Dalam kenyataannya, sekolah kita dipadati oleh sejumlah banyak murid yang mempunyai karakter yang berbeda dan khas. Teori ini hanya bisa diaplikasikan pada kelas kecil dan jumlah siswa sedikit.
Tahun 2000-an adalah tahun yang menggembirakan bagi teori ini. Setelah Gradner berhasil menerapkan teorinya pada beberapa sekolah dan menghasilkan prestasi siswa yang baik, pada akhirnya banyak kalangan yang menggunakan teori ini dalam bidang pendidikan. Menurut Eisner, teori ini menyadarkan akan kesalahan sekolah dan universitas yang hanya menggunakan tes matematika dan bahasa (IQ) sebagai ujian tes masuk. Gardner menyadarkan kita semua akan kesalahan tersebut dan membuka wawasan kita mengenai penilaian yang lebih luas akan kemampuan seseorang. Teori Gardner memandang pendidikan lebih personal karena memperhatikan kekhasan siswa masing-masing. Bahkan dalam evaluasi, guru perlu menggunakan berbagai bentuk model tes yang sesuai dengan inteligensi siswa, bukan hanya tes tertulis. Dalam pelaksanaan teori ini di sekolah, siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan caranya sendiri dan sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
Teori ini mengakibatkan guru lebih kreatif dan menggunakan teknik-teknik yang variatif sehingga membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Yang menggembirakan adalah bahwa teori ini menganggap kecerdasan dapat tumbuh dan berkembang jika ia ditempatkan pada situsi yang kondusif. Pandangan ini bertolak belakang dengan teori klasik yang mengatakan bahwa kecerdasan itu statis, tetap sejak lahir, dan tidak dapat dikembangkan. Menurut Gardner, kecerdasan memang ada sejak lahir, tetapi dapat dikembangkan ke tingkat tertentu. Dan dengan pendidikan yang tepat, maka itu akan sangat membantu mengembangkan kecerdasan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Chatib, munif dan alamsyah. 2012. Sekolah Anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak. Bandung : PT. Mizan Pustaka
Dadang, asep. 2007. Penerapan Multiple Intelligences dalam Kelas. Bandung : PT. Globalindo Universal Multikreasi
Dadang, asep. 2007. Penerapan Multiple Intelligences dalam Kelas. Bandung : PT. Globalindo Universal Multikreasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar