Selamat Datang Di Blog Defi

Minggu, 01 Juni 2014

MULTIPLE INTELLIGENCE

A. INTELEGENSI PADA MANUSIA

Manusia diciptakan dan dengan dilengkapi dengan kecerdasan yang memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain dan kecerdasan sebagai suatu kemampuan ini pulalah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini, dengan kecerdasan ini pula manusia dapat menjalani kehidupan yang dinamis dan beradab.
Adapun kecerdasan atu inteligensi manusia mempunyai implikasi sebagai suatu kemampuan adalah sbb :
a. Kemampuan mengklasifikasi pola – pola objek
Seorang yang normal adalah orang yang mampu dalam mengklasifikasikan stimulasi-stimulasi yang tidak identik ke dalam satu kelas atau rumpun.
b. Kemampuan beradaptasi (kemampuan belajar)
Kemampuan beradaptasi merupakan suatu kemampuan yang harus manusia miliki dalam kehidupannya dan kemampuan beradaptasi ini menentukan inteligensi atau kecerdasan seseorang apakah inteligensinya tinggi atau rendah.
c. Kemampuan menalar secara deduktif, yaitu kemampuan menalar atau melogikan sesuatu dari kesimpulan menjadi paparan yang detail.
d. Kemampuan menalar secara induktif, yakni kemampuan penalaran atau melogikakan sesuatu yang berupa paparan atau penjelasan menjadi suatu kesimpulan yang mewakili.
e. Kemampuan mengembangkan konsep, yaitu kemampuan seseorang memahami suatu cara kerja objek atau fungsinya dan kemampuannya bagaimana menginterpretasikan suatu kejadian.
f. Kemampuan memahami
Kemampuan memahami adalah kemampuan seseorang dalam melihat adanya hubungan atau relasi didalam suatu masalah dan kegunaan-kegunaan hubungannya bagi pemecahan masalah tersebut.
Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan seseorang yang dapat dikembangkan dengan berbagai cara asal didukung dengan kondisi lingkungan yang kondusif. Kecerdasan bukanlah suatu benda yang tidak dapat bergerak tumbuh. Ia dapat tumbuh berkembang dengan baik atau bisa juga mati. Dengan perlakuan yang benar, kecerdasan menjadi kemampuan yang sangat berharga pada diri manusia. Pendidikan adalah salah satu cara yang dapat membangkitkan kecerdasan kita. Baik itu pendidikan formal, informal, ataupun nonformal. Melalui proses pendidikan, kecerdasan majemuk siswa yang menonjol dapat dikembangkan dan dimaksimalkan. Sementara dalam waktu yang sama, pendidikan haruslah dapat membantu siswa mengembangkan kecerdasan yang kurang menonjol. Hal ini bertujuan agar kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki siswa—yang menonjol atau pun tidak—dapat membantu siswa dalam menghadapi persoalan hidupnya.



B. PENGERTIAN INTELIGENSI
a. Pengertian Intelegensi Secara Etimologis
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.
b. Defenisi Inteligensi Menurut Para Ahli
Menurut para ahli : ” kemampuan untuk berpikir secara abstrak (Terman)”, “ Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Colvin)”, “intelek plus pengetahuan (Henmon)”, ”tekhnik untuk memproses informasi yang disediakan oleh indra “(Hunt).
1. S.C Utami Munandar
Secara umum intelegensi dirumuskan sebagai berikut :
a) Kemampuan untuk berpikir abstrak
b) Kemampuan untuk menangkap hubungan – hubungan dan untuk belajar
c) Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi – situasi baru
2. L.L. Thurstone
Ada tujuh faktor dasar :
a) Verbal comprehension (v), kecakapan untuk memahami pengertian yang diucapkan dengan kata – kata.
b) Word fluency (w), kecakapan dan kefasihan dalam menggunakan kata – kata.
c) Number (n), kecakapan untuk memecahkan soal matematika.
d) Space (s), kecakapan tilikan ruang, sesuai dengan bentuk hubungan formal
e) Memory (m), kecakapan untuk mengingat
f) Perceptual (p), kecakapan mengamati dan menafsirkan.
g) Reasoning (r), kecakapan menemukan dan menggunakan prinsip – prinsip.
3. Edward Thorndike
“intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good response from the stand point of truth or fact” (intelegensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat (baik)terhadap stimulasi yang diterimanya)
4. George D. Stodard
Intelegensi adalah kecakapan dalam menyatakan tingkah laku, yang memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
a) Mempunyai tingkat kesukaran
b) Kompleks
c) Abstrak
d) Ekonomis
e) Memiliki nilai – nilai sosial
f) Memiliki daya adaptasi dan tujuan
g) Menunjukkan kemurnian (original)
5. William Stern
Intelegensi merupakan kapasitas atau kecakapan umum pada individu secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang dihadapinya.
6. Lewis Medison Terman
Intelegensi terdiri atas dua faktor : General ability (faktor G), yaitu kecakapan umum dan special ability(faktor S), yaitu kecakapan khusus.
7. Carl Witherington
Dalam buku Educational psychlogy, Witherington mendefenisikan intelegensi sebagai berikut : “…excellence of performance as manifested in efficient activity” (intelegensi adalah kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan / kegiatan-kegiatan)
8. Alfred Binet, tokoh perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a) Direction , kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan.
b) Adaptation, kemampuan untuk mengadakan adapatasi terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah
c) Critism, kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi atau terhadap dirinya sendiri.
9. Super dan Cities mendefinisikan kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau belajar dari pengalaman.
10. J. P. Guilford menjelaskan bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus.
11. K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
12. George D. Stoddard (1941) menyebutkan intelegensi sebagai kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan:
a) Mengandung kesukaran
b) Kompleks
c) Abstrak
d) Diarahkan pada tujuan
e) Ekonomis
f) Bernilai sosial
13. Garett (1946) mendefinisikan setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.
14. Bischof, psikolog Amerika (1954) mendefinisikan kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah.
15. Lewis Hedison Terman memberikan pengertian intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan baik (lih. Hariman, 1958).
16. David Wechsler (1958) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
17. Freeman (1959) memandang intelegensi sebagai :
a) Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman
b) Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik
c) Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual, dan
d) Kemampuan untuk berpikir abstrak.
18. Heidenrich (1970) mendefinisikan kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah.
19. Sorenson (1977) intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar merespon dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
20. Suryabrata (1982) intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi.
21. Walters dan Gardnes (1986) mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi seksistensi suatu budaya tertentu.
Dari berbagai pendapat dapat diatas disimpulkan bahwa inteligensi adalah :
1. Kemampuan untuk berfikir secara konvergen (memusat) dan divergen (menyebar)
2. Kemampuan berfikir secara abstrak
3. Kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional
4. Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman
5. Kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari
6. Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik,
7. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual
8. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi-situasi baru
9. Kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya.
Karena intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
C. CIRI-CIRI INTELIGENSI
Adapun ciri-ciri inteligensi adalah :
a. Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung).
b. Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
Ciri – ciri tingkah laku yang intelegensi menurut Effendi dan Praja (1993):
a. Purposeful behavior, artinya selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang jelas.
b. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi, semua tenaga dan alat – alat yang digunakan dalam suatu pemecahan masalah terkoordinasi dengan baik.
c. Physical well toned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga, ketangkasan, dan kepatuhan.
d. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis, dan kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
e. Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari rasa aman, tenang, gairah, penuh kepercayaan, akan sukses/optimal.
f. Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
g. Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efisien, efektif dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.
h. Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap dasar dan jiwa yang terbuka.
D. TEORI MULTIPLE INTELIGENCE (KECERDASAN MAJEMUK)
Kita dilahirkan sebagai anak yang cerdas, kecuali akibat suatu macam penyakit atau keterbelakangan. Pada saat awal kehidupan kita, otak berkembang melalui proses belajar alamiah dengan kecepatan tiga miliar sambungan per detik dan otak kita memiliki satu triliun sambungan otak, termasuk 100 miliar sel saraf aktif atau neuron, dan 900 miliar sel lain yang merekatkan, memelihara, dan menyelubungi sel aktif. Dalam setiap otak kita terdapat berbagai potensi yang menunggu untuk dikembangkan dalam beberapa atau satu jenis keunggulan, karena tidak ada satu pun yang bisa menguasai seluruh potensi.
Akan tetapi, potensi yang begitu besar ini tidak begitu saja dapat dimanfaatkan dengan optimal. Ia membutuhkan suasana dan kondisi yang mendukung. Dengan berbagai pendekatan yang berbeda maka otak akan mampu berkembang sesuai dengan keunggulan yang dimiliknya. Inilah yang ditemukan oleh Gardner pada tahun 1980-an dan melahirkan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) yang ia publikasikan pada tahun 1990-an. Teori ini memungkinkan kita untuk menjadi cerdas dengan memanfaatkan kelebihan salah satu kecerdasan kita. Bahkan, menurut penulis buku ’Anak Ajaib’, Andyda Meliala, teori kecerdasan majemuk dapat meramalkan dan membantu anak untuk menajdi sukses di kehidupan masa depannya. Menurut teori kecerdasan majemuk, materi apa pun dapat dipelajari anak dengan syarat materi tersebut disampaikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan inteligensi yang menonjol pada anak itu. Misalnya, seorang anak yang menonjol dalam kecerdasan musikal akan mudah mempelajari matematika bila materi disampaikan dengan menggunakan musik, seperti mendengarkan musik atau bernyanyi lagu yang berhubungan dengan materinya. Ini akan sangat menguntungkan anak tersebut. Tetapi akan terjadi sebaliknya jika yang disampaikan hanya melalui pendekatan yang menekankan pada penalaran logis saja. Oleh karenanya, berbagai pendekatan pengajaran perlu digunakan untuk menghadapi potensi anak yang beragam. Salah satunya dengan menggunakan teori kecerdasan majemuk. Amstrong (2002) seorang pakar di bidang multiple intelegences mengatakan, bahwa dengan teori kecerdasan majemuk, guru memungkinkan untuk mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia pendidikan.
Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang bersifat dinamis, tumbuh dan berkembang. Kecerdasan dapat berarti kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang sedang dihadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi dapat dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi individu untuk mencapai sasaran-sasaran secara efektif dan efisien. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan :
a. Pengalaman
Pengalaman merupakan ruang belajar yang dapat mendorong pertumbuhan potensi seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh dan berkembang sejalan dengan pengalaman hidup yang dilaluinya. Sejak lahir hingga masa kanak-kanak yang memperoleh pengasuhan yang baik dari ibunya akan tumbuh lebih cepat dan lebih sukses dibanding anak yang kurang mendapat perhatian cenderung menimbulkan rasa rendah diri dan frustasi. Bila hal ini berjalan secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi kecerdasan yang dimilikinya.
b. Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak membentuk kepribadian termasuk potensi kecerdasan seseorang. Lingkungan yang memberikan stimulus dan tantangan diikuti upaya pemberdayaan serta dukungan akan memperkuat mental dan kecerdasan.
c. Kemauan dan Keputusan
Kemauan yang kuat dalam diri seseorang membantu meningkatkan daya nalar dan kemampuan memecahkan masalah. Kemauan dan keputusan sering dijelaskan dalam teori motivasi. Dorongan positif akan timbul dalam diri seseorang sejalan dengan lingkungan yang kondusif, sebaliknya jika lingkungan kurang menantang sulit untuk membangun kesadaran untuk berkreasi. Otak yang paling cerdas sekalipun akan sulit mengembangkan potensi intelektualnya.
d. Bawaan
Meskipun banyak argumentasi para ahli tentang besaran pengaruh genetika atau faktor keturunan dalam perkembangan kecerdasan seseorang, tetapi semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak berpengaruh. Hasil riset dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor genetika berpengaruh terhadap respon kognitif seperti kewaspadaan, memori, dan sensori. Artinya seseorang akan berpikir dan bertindak dengan menggunakan ketiga aspek itu secara simultan.
e. Aktivitas Belajar dan Kegiatan Harian
Aktivitas dan kebiasaan manusia merupakan pengalaman yang sangat berharga dan bermakna bagi kesuksesan seseorang. Menggali kebiasaan hidup sehari-hari sangat membantu dalam memetakan pengalaman belajar yang dipadukan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam masyarakat. Implikasi dari model belajar terpadu melalui aktivitas dan pengalaman nyata pada intinya menyerukan perubahan fundamental dalam praktek bersekolah-di-rumah yang bersifat pedagogis dengan rangkaian pengembangan kemampuan majemuk melalui kebiasaaan dan pengalaman yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam konteks pembelajaran di rumah, aktivitas merupakan pengalaman itu sendiri yang dibangun berdasarkan nilai-nilai, kebiasaan, tindakan, kerjasama dan keputusan yang dirangkaikan melalui pola hubungan positif dengan keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Pelatihan bukan upaya menerampilan suatu kemampuan tertentu kepada sebagian kelompok masyarakat, tetapi membangun kemampuan belajar berinteraksi dan merencanakan perubahan kedepan.
E. KECERDASAN-KECERDASAN DASAR MANUSIA
Dalam penelitian awalnya, Gardner beserta mahasiswanya mengumpulkan berbagai jenis kecerdasan yang berjumlah ratusan. Gardner sanggup memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi delapan kategori yang komprehensif atau delapan “kecerdasan dasar”, dan kemudian ia revisi menjadi sembilan kecerdasan. Adapun 9 kecerdasan itu adalah :
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan Linguistik. Orang yang memiliki kecerdasan ini pandai mengolah katakata termasuk memanipulasi tata bahasa, bunyi, bahasa makna, atapun bahasa pragmatik. Penggunaan bahasa ini, antara lain mencakup retorika (penggunaan bahasa untuk memengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu), mnemonik/hafalan (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi), eksplanasi (penggunaan bahasa untuk memberi informasi), dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri). Kemampuan menggunakan bahasa untuk mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan argumen logika dan retorika, atau mengungkapkan ekspresi dan metafora. Bentuk kecerdasan ini terlihat dari kepekaan terhadap makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Orang yang memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi mudah menerima dan menggunakan kata-kata baru. Bahkan ia sering mengumpulkan kata/istilah yang asing baginya. Pelajaran bahasa menjadi daya tarik tersendiri baginya. Secara luas kecerdasan ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
a. Kecerdasan linguistik lisan
Anak yang memiliki kecerdasan ini lebih aktif dalam berbicara. Dalam diskusi ia lebih dapat mengutarakan gagasannya dan cenderung membawa orang lain menyetujui pendapatnya. Dengan kemampuan mengolah kata, ia dapat meyakinkan bahwa pendapatnya benar. Jenis pekerjaan yang menggunakannya dengan efektif secara kata-kata misalnya: orator, presenter, rohaniawan, pendongeng, politisi, MC, sastrawan, dsb.
b. Kecerdasan linguistik tulisan
Jenis kecerdasan ini dalam penggunaannya lebih mengeksploitasi penggunaan media tulis atau baca. Jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini dengan efektifmisalnya: novelis, editor, penulis buku, wartawan, penulis drama, dsb. Walaupun bentuk kecerdasan ini dibagi dua, namun tak jarang pula ada orang yang pandai menulis dan mengolahnya menjadi bahasa lisan. Beberapa profesi benar-benar mengandalkan kecerdasan ini dalam pengembangannya. Orang-orang yang terkenal karena kecerdasan linguistik di antaranya adalah William Shakespeare, J.K Rowling, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman ”Lupus” Hariwijaya, dan lain-lain. Kecerdasan lain yang mendukung kecerdasan ini adalah dengan pengembangan kecerdasan intrapersonal, kecerdasan matematis-logis, dan kecerdasan interpersonal. Ketiga kecerdasan itu akan lebih meningkatkan kemampuan anak dalam mengolah kata serta memperluas wawasannya.
2. Kecerdasan Matematis-Logis
Orang yang memiliki kecerdasan ini biasanya unggul dalam pelajaran-pelajaran IPA seperti fisika, matematika, dan kimia. Ia mudah memahami dan menyelesaikan soal-soal perhitungan. Misalnya, akuntansi. Pemilik kecerdasan ini memiliki kemampuan analisis yang kuat dan dapat berpikir secara teratur. Ia jarang mengalami kesulitan dengan hal yang berhubungan dengan angka-angka. Kecerdasan ini meliputi kepekaan kepada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis, dan abstraksi lainnya. Proses yang digunakan dalam kecerdasan ini biasanya adalah kategorisasi, penghitungan, pengambilan keputusan, generalisasi, pengujian hipotesis, dan kasifikasi.
Orang dengan kecerdasan matematis yang baik cenderung bersikap realistis dan selalu mencari jawaban atas berbagai pertanyaan. Sehingga kadang anak-anak seperti itu mempunyai kesenangan membaca cerita misteri/detektif dan menyukai film fiksi ilmiah. Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandardisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker, ahli multimedia, fisikawan, teknisi, peneliti, analis data, ekonom, ahli matematika, dan lain-lain. Orang yang terkenal dengan kecerasan ini misalnya Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie, Albert Einstein, Bill Gates, Thomas Alva Edison, Isaac Newton, dan lain-lain.
Kecerdasan lain yang mendukung kecerdasan ini adalah kecerdasan interpersonal. Kecerdasan ini sangat berguna untuk pengembangan wawasan dan memperluas kehidupan sosial dan bermasyarakat. Kecerdasan naturalis dapat mendukung upaya merangsang otak untuk menemukan berbagai pertanyaan yang bisa memperkaya pengetahuan anak. Kecerdasan musikal dapat membuat relaksasi dalam memikirkan sesuatu sehingga tidak terlalu memeras otot. Selain itu juga musik dapat merangsang kerja otak manusia menjadi lebih maksimal.
3. Kecerdasan Spasial
Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat mudah mengingat gambar dan memiliki imajinasi yang kuat. Apabila ia membayangkan sesuatu, bayangan itu tergambar dengan jelas dalam pikirannya. Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis. Mereka sanggup berpikir tiga dimensi bahkan mampu mencipta ulang dunia visual. Pembacaan peta atau pun rute perjalanan bukanlah hal yang menyulitkan mereka. Kemampuan mata para pemilik kecerdasan tinggi ini, yaitu kejelian mereka dalam menangkap halhal yang tidak dilihat oleh orang lain. Detil-detil dapat mereka ungkapkan dengan sangat baik.
Kemampuan mata ini dapat mengenali pola ruang secara akurat, menginterpretasikan ide grafis dan spasial, garis, bentuk ruang, hubungan antar unsur serta menerjemahkan pola ruang secara tepat. Orang yang terkenal berkat kecerdasan spasialnya adalah Picasso, Walt Disney, Steven Spielberg, Garin Nugroho, Riri Riza, Leonardo Da Vinci, Charles Schulz (pencipta karakter Peanuts), dan lainlain. Jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan spasial adalah fotografer, dekorator ruang, perancang busana, pembuat film, animator, arsitek, pilot, desainer interior, pelukis, pematung, programer komputer, dan lain-lain.
Kecerdasan yang mendukung adalah kecerdasan naturalis. Kecerdasan ini berguna untuk mengenali alam sebagai sumber inspirasi yang tak terbatas bagi para seniman. Ia memberikan berbagai macam masukan dalam pengembangan suatu gambar. Selain itu kecerdasan logis juga dibutuhkan untuk menunjang kecerdasan ini. Dalam pembacaan peta misalnya, penalaran dan pemikiran yang logis sangat dibutuhkan untuk mencapai keakuratan. Seorang desainer grafis juga membutuhkan kecerdasan linguistik dalam pekerjaannya. Dengan kecerdasan ini, ia dapat menjelaskan hasil rancangannya secara lebih jelas dan tentunya menarik.
4. Kecerdasan Kinestetis
Kecerdasan kinestetis menyangkut seluruh kemampuan untuk mengeksploitasi seluruh atau sebagian dari tubuh untuk melakukan sesuatu. Orang yang cerdas fisiknya mempunyai koordinasi yang baik antara pikiran dan tubuh untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai aktivitas. Ia dapat menggunakan olah tubuh yang tepat dalam menyampaikan ide dan gagasan. Kecerdasan ini dapat membangun kedekatan untuk mengkonsolidasikan dan meyakinkan serta mendukung orang lain. Dalam beberapa bidang, kita menggunakan kecerdasan ini untuk menciptakan bentuk ekspresi baru.
Orang yang kecerdasan kinestetisnya tinggi dapat mengontrol gerakan, keseimbangan, dan ketangkasannya dalam bergerak. Termasuk kecepatan, kekuatan, dan kelenturan. Jenis pekerjaan yang mengeksploitasi bentuk kecerdasan ini adalah penari, atlet, pemain drama, mekanik, pelatih, pengrajin, atlet, koreografer, dan lain-lain. Beberapa orang yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti, Dian Sastro, Christiano Ronaldo, Kirsten Dust, Taufik Hidayat, dan Jim Carey.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini menyangkut kemampuan untuk mengenali pola nada, mengerti dan mengembangkan teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan musik sebagai sarana untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, serta menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Anak yang memliki kecerdasan musik yang tinggi peka terhadap warna nada/suara, melodi atau irama. Bahkan, lirik suatu lagu akan mudah ia hafalkan dan ingat.
Untuk beberapa orang musik sangat berguna karena ia dapat menghilangkan stres dan meningkatkan kinerja otak. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musikal adalah guru musik, pembuat instrumen atau alat musik, sound engineer, pemain band, konduktor, DJ, kritikus musik, kolektor musik, pencipta lagu, penyanyi, komposer, dan lain-lain. Orang yang terkenal karena kecerdasan ini adalah Sherina, Stevie Wonder, Indra Lesmana, Ariel Peterpan, Melly Goeslow, Titik Puspa, dan banyak lagi. Kecerdasan lain yang sangat mendukung pengembangan kecerdasan ini adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan kinestetis, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spasial, dan kecerdasan naturalis. Kecerdasan linguistik dibutuhkan dalam mengolah perasaan menjadi lirik yang mudah diterima oleh pendengar musik.
Kecerdasan kinestetis dibutuhkan dalam mengkoordinasi tubuh untuk memainkan alat musik (kecuali vokalis). Dalam kecerdasan intrapersonal, tak jarang lagu yang hit diidekan dari pengalaman pribadi penciptanya. Sedangkan melalui kecerdasan spasial dan kecerdasan naturalis, anak akan mengembangkan daya imajinasinya dan kepekaan dia mengenal lingkungan sekitarnya. Selain itu, letak kecerdasan ini berada pada posisi otak yang sama, yaitu kanan.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Namun, walupun kita berhubungan (berkomunikasi) dengan orang lain setiap hari, tidak berarti semua orang bisa berkomunikasi. Banyak orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan efektif dan efisien. Padahal orang tersebut mempunyai ide yang cemerlang. Tetapi ide saja tidak cukup untuk memberi pengertian pada orang lain tentang gagasan itu. Oleh karenanya kecerdasan ini sangat membantu anak yang berkeinginan menjadi orang yang sukses. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi mempunyai kemampuan sosial yang tinggi. Ia akan mudah berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Ia sanggup menempatkan diri dan membaca situasi orang-orang di sekitarnya. Sehingga ia akan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dalam kehidupan berorganisasi ia dapat mengorganisasikan orang lain. Kegiatan-kegiatan berkelompok lebih disukainya dari pada mengerjakan secara individual. Bentuk kecerdasan ini meliputi kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, motivasi, perasaan, dan maksud orang lain. Dengan demikian, anak pemilik kecerdasan interpersonal tinggi peka sekali pada bahasa tubuh lawan bicaranya dan dapat menanggapinya dengan efektif. Lawan bicara akan merasa nyaman bila berbicara dengan anak ini. Pada umumnya anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik mempunyai kecerdasan emosi yang baik juga.
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan interpersonal adalah manajer, politisi, terapis, pekerja sosial, konselor, mediator, pemimpin, psikolog, guru, atau konsultan. Orang yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi. Beliau memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia. Selain itu ada juga Oprah Winfrey, Aa Gym, Indy Barens, Farhan, dan lain-lain. Kecerdasan yang sangat mendukung kecerdasan ini diantaranya adalah kecerdasan linguistik. Dengan pengolahan kata-kata yang baik, intonasi yang benar, efektif, dan fisien, kemampuan sosial akan semakin terasah.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Orang yang kecerdasan intrapersonalnya tinggi bisa memahami diri sendiri. Ia tahu tujuan hidupnya. Mempunyai target-target yang ingin dicapai dan mengerti apa potensi dan kelemahan-kelemahan yang ia miliki. Ia mempunyai kepekaan akan diri sendiri dan situasi yang dihadapinya. Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Pada tahap lanjutan, ia akan selalu mengintrospeksi diri dan menarik pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya maupun yang terjadi pada orang lain. Kecerdasan ini sangat diperlukan untuk mengambil berbagai keputusan penting dalam hidup kita dan untuk menghadapi berbagai masalah yang timbul. Kecerdasan ini dapat membuat orang menjadi lebih cerdik dan akurat dalam bertindak. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan. Kecerdasan ini dianggap sebagai kecerdasan yang menentukan kesuksesan seseorang. Karena ia mendorong orang untuk mengenal jati diri, menilai kekuatan dan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri, nilai yang diyakini serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun, dan mengembangkan konsep dan teori, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Ketika ini terjadi maka kecerdasan ini menjadikan segala tindakannya menjadi lebih terarah dan logis. Orang-orang terkenal yang menggunakan kecerdasan ini adalah Soekarno, Aa Gym, kak Seto, Donald Trump, Sherina, dan lain-lain.
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama, ahli filosofi, psikolog, guru, konsultan, penemu, aktris, atlet, detektif, dan lain-lain. Kecerdasan yang mendukung kecerdasan ini adalah kecerdasan musikal, matematis-logis, spasial, dan naturalis. Kecerdasan musikal dapat membantu dalam usaha perenungan. Usaha perenungan di alam terbuka juga efektif dalam mengevalusi diri. Oleh karenanya kecerdasan naturalis juga memengaruhi perkembangan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan matematis-logis dapat mengembangkan kemampuan nalar dan menyusun strategi pencapaian cita-cita. Orang dengan kecerdasan spasial bisa menuangkan hasil perenungannya dalam bentuk gambar agar lebih mudah diingat. Selain itu, dapat pula menggambarkan kemampuan anak untuk memprediksi keinginannya berdasarkan gambaran jelas masa lalunya.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini secara sederhana, dapat diartikan dengan kecerdasan untuk mengenali alam dan lingkungannya. Ia dapat mudah mengkategorikan flora dan fauna yang ada di sekitarnya. Kepekaan terhadap lingkungannya termasuk fenomena alam di sekitarnya sangat hebat. Bila di lingkungan pegunungan, dengan mudah ia bisa membedakan gunung dan bukit. Orang yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi, sangat menyukai alam dan lingkungannya. Ia biasanya suka bepergian dan melakukan segala macam kegiatan di luar ruang, selain juga suka memelihara binatang atau merawat tanaman. Orang terkenal yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi diantaranya adalah Bono U2 yang menjadi aktivis Green Peace, Erin Bronkovich (seorang aktifis lingkungan hidup).
Rasa kepedulian terhadap lingkungan tumbuh dengan pesat. Sehingga orang yang kecerdasan naturalisnya baik akan menjaga lingkungan sekitarnya dengan sebaik baiknya. Alam diyakininya sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dipelihara. Selain kepeduliannya terhadap alam, ia juga memiliki rasa sayang terhadap binatang. Ia suka memelihara binatang. Jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi, ahli konservasi lingkungan, arkeolog, ahli botani, aktivis lingkungan, ahli desain tanaman, pelaut, paleontologis, vulkanolog, dan lain-lain.
Kecerdasan ini akan dapat lebih berkembang jika ia didukung dengan kecerdasan lain. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan Jasmani. Kecerdasan jasmani ini sangat membantu dalam kegiatan naik gunung, berkemah atau kegiatan lain di alam terbuka. Kecerdasan jasmani membuat stamina menjadi cukup kuat dan energi dapat digunakan dengan maksimal dan efektif.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan ini menyangkut kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kepekaan, dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan eksistensinya, kematian, dan realita yang ada. Orang–orang ini tidak puas dengan menerima keberadaannya saja, tetapi ia akan mencari jawaban yang terdalam. Orang dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaimana bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, mengapa kita ada, apakah ada dimensi kehidupan lain dan berbagai pertanyaan sejenis. Kecerdasan ini sangat berkembang pada filsuf seperti Plato, Kant, Descrates, Sastre, dan lain-lain.
F. POINT-POINT UTAMA DALAM KECERDASAN MAJEMUK
Untuk memahami teori ini lebih lanjut, Thomas Armstrong dalam Sekolah Para Juara (Kaifa, 2002), menyebutkan poin-poin utama dalam teori kecerdasan majemuk yaitu :
1. Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan.
Teori kecerdasan majemuk bukanlah “teori jenis” untuk menentukan satu kecerdasan yang sesuai. Teori ini adalah teori fungsi kognitif, yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut. Tentu saja, kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi bersama-sama dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang. Beberapa orang memiliki tingkatan yang sangat tinggi pada semua atau hampir semua kecerdasan, misalnya filsuf Jerman Johann Wolfgang Von Goethe, para penyair, negarawan, ilmuwan, dan para naturalis. Seseorang yang ada di lembaga keterbelakangan mental, tampaknya memiliki kekurangan dalam semua aspek kecerdasan, kecuali aspek kecerdasan yang paling mendasar. Secara umum, kita cukup berkembang dalam kecerdasan tertentu, dan relatif agak terbelakang dalam kecerdasan yang lain.
2. Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai.
Meskipun semua orang akan menyesali kekurangan di wilayah kecerdasan tertentu dan menganggap masalah ini sebagai masalah bawaan dan tidak dapat diubah, Gardner berpendapat bahwa setiap orang sebenarnya memiliki kemampuan mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada kinerja tingkat tinggi yang memadai apabila ia memperoleh banyak dukungan, pengayaan, dan pengajaran. Gardner mengambil contoh pada ’Program Pendidikan Bakat Suzuki’ yang menunjukkan bagaimana seseorang yang memiliki talenta musik-biologis yang relatif pas-pasan, dapat mencapai tingkat kemahiran yang mengagumkan dalam memainkan biola melalui kombinasi pengaruh lingkungan yang tepat (misalnya, keterlibatan orang tua, pengenalan pada musik klasik sejak masa pertumbuhan, dan pengajaran musik sejak dini). Model pendidikan semacam ini juga dapat diterapkan pada kecerdasan-kecerdasan yang lain.
3. Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks
Gardner menunjukkan bahwa setiap kecerdasan yang telah dibahas sebelumnya sebenamya hanyalah “rekaan”. Disebut rekaan, karena tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari (kecuali mungkin untuk kasus yang amat langka pada diri savant dan orang yang mengalami cedera otak). Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. Untuk memasak makanan orang harus membaca resep (linguistik), mungkin perlu membaginya menjadi setengah resep (matematis-logis), membuat menu yang dapat memuaskan seluruh anggota keluarga (interpersonal), dan juga memenuhi selera dirinya sendiri (intrapersonal). Demikian pula, ketika seorang anak bermain bola kaki, ia membutuhkan kecerdasan kinestetik (berlari, menendang, atau menangkap bola), kecerdasan spasial (mengorientasikan diri di lapangan tempat bermain dan mengantisipasi lintasan bola yang melayang), dan kecerdasan linguistik dan interpersonal (agar dapat mengutarakan argumen dengan benar ketika melakukan protes kepada wasit). Dalam teori kecerdasan majemuk, kecerdasan keluar dari konteks aslinya agar dapat dinilai aspek-aspek esensialnya dan dipelajari cara penggunaannya secara efektif. Kita harus selalu ingat untuk mengembalikan kecerdasan tersebut ke dalam konteks bernilai budaya yang spesifik setelah rampung mempelajarinya.
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Tidak ada rangkaian atribut standar yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas dalam wilayah tertentu. Oleh karena itu, orang mungkin saja tidak dapat membaca, tetapi memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi, karena ia dapat menyampaikan cerita yang memukau atau memiliki kosa kata lisan yang luas. Demikian pula, orang mungkin tampak canggung ketika berada di lapangan olah raga, tetapi memiliki kecerdasan kinestetis-jasmani yang luar biasa ketika ia merajut karpet atau membuat papan catur yang indah. Teori kecerdasan majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan.
G. TINJAUAN TERHADAP TEORI KECERDASAN MAJEMUK
Dalam perjalanannya, teori ini mengalami banyak rintangan untuk dapat diterima oleh masyarakat umum. Semenjak dicetuskan Gardner tahun 1983, melalui bukunya The Frames of Mind , banyak orang dan ahli meragukan teori ini sebagai teori yang dapat bertahan lama. Mereka beranggapan bahwa teori ini masih sangat mentah untuk dapat dijadikan rujukan dalam dunia pendidikan, karena teori ini tidak berangkat dari suatu penelitian yang lama. Dalam arti teorinya tampak lebih spekulatif. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa teori ini masih tetap menekankan segi intelektual dan kurang menekankan unsur perasaan serta emosi dalam diri manusia. Maka, teori kecerdasan majemuk tidak membicarakan pendidikan secara menyeluruh. Menurutnya, meski seseorang mempunyai inteligensi tinggi, tetapi bisa jadi ia seorang yang jahat kepada orang lain, bahkan mungkin tidak bermoral. Gardner mengatakan bahwa teori ini memang tidak bicara tentang kemanusiaan yang lebih menyeluruh, namun teori ini membicarakan lebih kepada kecerdasan. Walaupun demikian seperti dikatakan di bagian 2, teori ini sebenarnya berkaitan dengan teori kecerdasan lain, seperti teori kecerdasan emosional. Apakah mungkin, seorang petinju yang cerdas kinestetisnya seperti Muhammad Ali hanya mengandalkan kekuatan fisiknya tanpa mengandalkan kecerdasan interpersonalnya untuk mengenali emosi lawan? Banyak orang beranggapan bahwa beberapa kecerdasan dalam teori kecerdasan majemuk, yaitu kecerdasan musikal, spasial, dan kinestetis adalah merupakan bakat bukan kecerdasan. Kecerdasan tersebut adalah bawaan atau bakat seseorang semenjak mereka dihahirkan. Menjawab hal ini, dalam sebuah wawancara Gardner berkata, ’’Saya sengaja agak provokatif. Jika saya mengatakan ada tujuh kemampuan, orang tidak akan begitu peduli dan akan berkata sambil lalu ’ya… ya…ya…!’.
Namun dengan menyebut kategori-kategori tersebut kecerdasan, saya mengatakan bahwa kita cenderung akan menilai tinggi sesuatu yang disebut kecerdasan. Padahal memang ada berbagai jenis kecerdasan, dan beberapa di antaranya tidak kita anggap kecerdasan” (Weinreich-Haste, 1985). Beberapa kritikus mengatakan bahwa kategori-kategori yang diusung Gardner sebenarnya bukanlah hal yang baru. Menurut mereka kemampuan tersebut pernah dibicarakan oleh Dewey dan Sprange, yang membicarakan masalah variasi kemampuan orang dalam menghadapi persoalan hidup.
Kritikus lain juga mengkritik mengenai keleluasaan yang diciptakan Gardner mengenai kecerdasan. Teori kecerdasan Gardner kurang pasti, kurang saintifik, dan terlalu membuka ruang debat. Teori ini membuka kemungkinan munculnya banyak inteligensi yang mengakibatkan teori tersebut terlalu berkembang luas tanpa ada titik. Bagi para pengkritik, teori ini tidak praktis di lapangan (Smerechansky-Metzger, 1995). Dalam kenyataannya, sekolah kita dipadati oleh sejumlah banyak murid yang mempunyai karakter yang berbeda dan khas. Teori ini hanya bisa diaplikasikan pada kelas kecil dan jumlah siswa sedikit.
Tahun 2000-an adalah tahun yang menggembirakan bagi teori ini. Setelah Gradner berhasil menerapkan teorinya pada beberapa sekolah dan menghasilkan prestasi siswa yang baik, pada akhirnya banyak kalangan yang menggunakan teori ini dalam bidang pendidikan. Menurut Eisner, teori ini menyadarkan akan kesalahan sekolah dan universitas yang hanya menggunakan tes matematika dan bahasa (IQ) sebagai ujian tes masuk. Gardner menyadarkan kita semua akan kesalahan tersebut dan membuka wawasan kita mengenai penilaian yang lebih luas akan kemampuan seseorang. Teori Gardner memandang pendidikan lebih personal karena memperhatikan kekhasan siswa masing-masing. Bahkan dalam evaluasi, guru perlu menggunakan berbagai bentuk model tes yang sesuai dengan inteligensi siswa, bukan hanya tes tertulis. Dalam pelaksanaan teori ini di sekolah, siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan caranya sendiri dan sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
Teori ini mengakibatkan guru lebih kreatif dan menggunakan teknik-teknik yang variatif sehingga membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Yang menggembirakan adalah bahwa teori ini menganggap kecerdasan dapat tumbuh dan berkembang jika ia ditempatkan pada situsi yang kondusif. Pandangan ini bertolak belakang dengan teori klasik yang mengatakan bahwa kecerdasan itu statis, tetap sejak lahir, dan tidak dapat dikembangkan. Menurut Gardner, kecerdasan memang ada sejak lahir, tetapi dapat dikembangkan ke tingkat tertentu. Dan dengan pendidikan yang tepat, maka itu akan sangat membantu mengembangkan kecerdasan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Chatib, munif dan alamsyah. 2012. Sekolah Anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak. Bandung : PT. Mizan Pustaka
Dadang, asep. 2007. Penerapan Multiple Intelligences dalam Kelas. Bandung : PT. Globalindo Universal Multikreasi


ar. Sel@ �9i u �+ � ) an logis juga dibutuhkan untuk menunjang kecerdasan ini. Dalam pembacaan peta misalnya, penalaran dan pemikiran yang logis sangat dibutuhkan untuk mencapai keakuratan. Seorang desainer grafis juga membutuhkan kecerdasan linguistik dalam pekerjaannya. Dengan kecerdasan ini, ia dapat menjelaskan hasil rancangannya secara lebih jelas dan tentunya menarik.

4. Kecerdasan Kinestetis
Kecerdasan kinestetis menyangkut seluruh kemampuan untuk mengeksploitasi seluruh atau sebagian dari tubuh untuk melakukan sesuatu. Orang yang cerdas fisiknya mempunyai koordinasi yang baik antara pikiran dan tubuh untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai aktivitas. Ia dapat menggunakan olah tubuh yang tepat dalam menyampaikan ide dan gagasan. Kecerdasan ini dapat membangun kedekatan untuk mengkonsolidasikan dan meyakinkan serta mendukung orang lain. Dalam beberapa bidang, kita menggunakan kecerdasan ini untuk menciptakan bentuk ekspresi baru.
Orang yang kecerdasan kinestetisnya tinggi dapat mengontrol gerakan, keseimbangan, dan ketangkasannya dalam bergerak. Termasuk kecepatan, kekuatan, dan kelenturan. Jenis pekerjaan yang mengeksploitasi bentuk kecerdasan ini adalah penari, atlet, pemain drama, mekanik, pelatih, pengrajin, atlet, koreografer, dan lain-lain. Beberapa orang yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti, Dian Sastro, Christiano Ronaldo, Kirsten Dust, Taufik Hidayat, dan Jim Carey.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini menyangkut kemampuan untuk mengenali pola nada, mengerti dan mengembangkan teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan musik sebagai sarana untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, serta menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Anak yang memliki kecerdasan musik yang tinggi peka terhadap warna nada/suara, melodi atau irama. Bahkan, lirik suatu lagu akan mudah ia hafalkan dan ingat.
Untuk beberapa orang musik sangat berguna karena ia dapat menghilangkan stres dan meningkatkan kinerja otak. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musikal adalah guru musik, pembuat instrumen atau alat musik, sound engineer, pemain band, konduktor, DJ, kritikus musik, kolektor musik, pencipta lagu, penyanyi, komposer, dan lain-lain. Orang yang terkenal karena kecerdasan ini adalah Sherina, Stevie Wonder, Indra Lesmana, Ariel Peterpan, Melly Goeslow, Titik Puspa, dan banyak lagi. Kecerdasan lain yang sangat mendukung pengembangan kecerdasan ini adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan kinestetis, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spasial, dan kecerdasan naturalis. Kecerdasan linguistik dibutuhkan dalam mengolah perasaan menjadi lirik yang mudah diterima oleh pendengar musik.
Kecerdasan kinestetis dibutuhkan dalam mengkoordinasi tubuh untuk memainkan alat musik (kecuali vokalis). Dalam kecerdasan intrapersonal, tak jarang lagu yang hit diidekan dari pengalaman pribadi penciptanya. Sedangkan melalui kecerdasan spasial dan kecerdasan naturalis, anak akan mengembangkan daya imajinasinya dan kepekaan dia mengenal lingkungan sekitarnya. Selain itu, letak kecerdasan ini berada pada posisi otak yang sama, yaitu kanan.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Namun, walupun kita berhubungan (berkomunikasi) dengan orang lain setiap hari, tidak berarti semua orang bisa berkomunikasi. Banyak orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan efektif dan efisien. Padahal orang tersebut mempunyai ide yang cemerlang. Tetapi ide saja tidak cukup untuk memberi pengertian pada orang lain tentang gagasan itu. Oleh karenanya kecerdasan ini sangat membantu anak yang berkeinginan menjadi orang yang sukses. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi mempunyai kemampuan sosial yang tinggi. Ia akan mudah berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Ia sanggup menempatkan diri dan membaca situasi orang-orang di sekitarnya. Sehingga ia akan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dalam kehidupan berorganisasi ia dapat mengorganisasikan orang lain. Kegiatan-kegiatan berkelompok lebih disukainya dari pada mengerjakan secara individual. Bentuk kecerdasan ini meliputi kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, motivasi, perasaan, dan maksud orang lain. Dengan demikian, anak pemilik kecerdasan interpersonal tinggi peka sekali pada bahasa tubuh lawan bicaranya dan dapat menanggapinya dengan efektif. Lawan bicara akan merasa nyaman bila berbicara dengan anak ini. Pada umumnya anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik mempunyai kecerdasan emosi yang baik juga.
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan interpersonal adalah manajer, politisi, terapis, pekerja sosial, konselor, mediator, pemimpin, psikolog, guru, atau konsultan. Orang yang terkenal dengan kecerdasan ini adalah Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi. Beliau memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia. Selain itu ada juga Oprah Winfrey, Aa Gym, Indy Barens, Farhan, dan lain-lain. Kecerdasan yang sangat mendukung kecerdasan ini diantaranya adalah kecerdasan linguistik. Dengan pengolahan kata-kata yang baik, intonasi yang benar, efektif, dan fisien, kemampuan sosial akan semakin terasah.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Orang yang kecerdasan intrapersonalnya tinggi bisa memahami diri sendiri. Ia tahu tujuan hidupnya. Mempunyai target-target yang ingin dicapai dan mengerti apa potensi dan kelemahan-kelemahan yang ia miliki. Ia mempunyai kepekaan akan diri sendiri dan situasi yang dihadapinya. Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Pada tahap lanjutan, ia akan selalu mengintrospeksi diri dan menarik pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya maupun yang terjadi pada orang lain. Kecerdasan ini sangat diperlukan untuk mengambil berbagai keputusan penting dalam hidup kita dan untuk menghadapi berbagai masalah yang timbul. Kecerdasan ini dapat membuat orang menjadi lebih cerdik dan akurat dalam bertindak. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan. Kecerdasan ini dianggap sebagai kecerdasan yang menentukan kesuksesan seseorang. Karena ia mendorong orang untuk mengenal jati diri, menilai kekuatan dan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri, nilai yang diyakini serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun, dan mengembangkan konsep dan teori, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Ketika ini terjadi maka kecerdasan ini menjadikan segala tindakannya menjadi lebih terarah dan logis. Orang-orang terkenal yang menggunakan kecerdasan ini adalah Soekarno, Aa Gym, kak Seto, Donald Trump, Sherina, dan lain-lain.
Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama, ahli filosofi, psikolog, guru, konsultan, penemu, aktris, atlet, detektif, dan lain-lain. Kecerdasan yang mendukung kecerdasan ini adalah kecerdasan musikal, matematis-logis, spasial, dan naturalis. Kecerdasan musikal dapat membantu dalam usaha perenungan. Usaha perenungan di alam terbuka juga efektif dalam mengevalusi diri. Oleh karenanya kecerdasan naturalis juga memengaruhi perkembangan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan matematis-logis dapat mengembangkan kemampuan nalar dan menyusun strategi pencapaian cita-cita. Orang dengan kecerdasan spasial bisa menuangkan hasil perenungannya dalam bentuk gambar agar lebih mudah diingat. Selain itu, dapat pula menggambarkan kemampuan anak untuk memprediksi keinginannya berdasarkan gambaran jelas masa lalunya.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini secara sederhana, dapat diartikan dengan kecerdasan untuk mengenali alam dan lingkungannya. Ia dapat mudah mengkategorikan flora dan fauna yang ada di sekitarnya. Kepekaan terhadap lingkungannya termasuk fenomena alam di sekitarnya sangat hebat. Bila di lingkungan pegunungan, dengan mudah ia bisa membedakan gunung dan bukit. Orang yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi, sangat menyukai alam dan lingkungannya. Ia biasanya suka bepergian dan melakukan segala macam kegiatan di luar ruang, selain juga suka memelihara binatang atau merawat tanaman. Orang terkenal yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi diantaranya adalah Bono U2 yang menjadi aktivis Green Peace, Erin Bronkovich (seorang aktifis lingkungan hidup).
Rasa kepedulian terhadap lingkungan tumbuh dengan pesat. Sehingga orang yang kecerdasan naturalisnya baik akan menjaga lingkungan sekitarnya dengan sebaik baiknya. Alam diyakininya sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dipelihara. Selain kepeduliannya terhadap alam, ia juga memiliki rasa sayang terhadap binatang. Ia suka memelihara binatang. Jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi, ahli konservasi lingkungan, arkeolog, ahli botani, aktivis lingkungan, ahli desain tanaman, pelaut, paleontologis, vulkanolog, dan lain-lain.
Kecerdasan ini akan dapat lebih berkembang jika ia didukung dengan kecerdasan lain. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan Jasmani. Kecerdasan jasmani ini sangat membantu dalam kegiatan naik gunung, berkemah atau kegiatan lain di alam terbuka. Kecerdasan jasmani membuat stamina menjadi cukup kuat dan energi dapat digunakan dengan maksimal dan efektif.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan ini menyangkut kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kepekaan, dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan eksistensinya, kematian, dan realita yang ada. Orang–orang ini tidak puas dengan menerima keberadaannya saja, tetapi ia akan mencari jawaban yang terdalam. Orang dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaimana bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, mengapa kita ada, apakah ada dimensi kehidupan lain dan berbagai pertanyaan sejenis. Kecerdasan ini sangat berkembang pada filsuf seperti Plato, Kant, Descrates, Sastre, dan lain-lain.
F. POINT-POINT UTAMA DALAM KECERDASAN MAJEMUK
Untuk memahami teori ini lebih lanjut, Thomas Armstrong dalam Sekolah Para Juara (Kaifa, 2002), menyebutkan poin-poin utama dalam teori kecerdasan majemuk yaitu :
1. Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan.
Teori kecerdasan majemuk bukanlah “teori jenis” untuk menentukan satu kecerdasan yang sesuai. Teori ini adalah teori fungsi kognitif, yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut. Tentu saja, kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi bersama-sama dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang. Beberapa orang memiliki tingkatan yang sangat tinggi pada semua atau hampir semua kecerdasan, misalnya filsuf Jerman Johann Wolfgang Von Goethe, para penyair, negarawan, ilmuwan, dan para naturalis. Seseorang yang ada di lembaga keterbelakangan mental, tampaknya memiliki kekurangan dalam semua aspek kecerdasan, kecuali aspek kecerdasan yang paling mendasar. Secara umum, kita cukup berkembang dalam kecerdasan tertentu, dan relatif agak terbelakang dalam kecerdasan yang lain.
2. Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai.
Meskipun semua orang akan menyesali kekurangan di wilayah kecerdasan tertentu dan menganggap masalah ini sebagai masalah bawaan dan tidak dapat diubah, Gardner berpendapat bahwa setiap orang sebenarnya memiliki kemampuan mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada kinerja tingkat tinggi yang memadai apabila ia memperoleh banyak dukungan, pengayaan, dan pengajaran. Gardner mengambil contoh pada ’Program Pendidikan Bakat Suzuki’ yang menunjukkan bagaimana seseorang yang memiliki talenta musik-biologis yang relatif pas-pasan, dapat mencapai tingkat kemahiran yang mengagumkan dalam memainkan biola melalui kombinasi pengaruh lingkungan yang tepat (misalnya, keterlibatan orang tua, pengenalan pada musik klasik sejak masa pertumbuhan, dan pengajaran musik sejak dini). Model pendidikan semacam ini juga dapat diterapkan pada kecerdasan-kecerdasan yang lain.
3. Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks
Gardner menunjukkan bahwa setiap kecerdasan yang telah dibahas sebelumnya sebenamya hanyalah “rekaan”. Disebut rekaan, karena tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari (kecuali mungkin untuk kasus yang amat langka pada diri savant dan orang yang mengalami cedera otak). Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. Untuk memasak makanan orang harus membaca resep (linguistik), mungkin perlu membaginya menjadi setengah resep (matematis-logis), membuat menu yang dapat memuaskan seluruh anggota keluarga (interpersonal), dan juga memenuhi selera dirinya sendiri (intrapersonal). Demikian pula, ketika seorang anak bermain bola kaki, ia membutuhkan kecerdasan kinestetik (berlari, menendang, atau menangkap bola), kecerdasan spasial (mengorientasikan diri di lapangan tempat bermain dan mengantisipasi lintasan bola yang melayang), dan kecerdasan linguistik dan interpersonal (agar dapat mengutarakan argumen dengan benar ketika melakukan protes kepada wasit). Dalam teori kecerdasan majemuk, kecerdasan keluar dari konteks aslinya agar dapat dinilai aspek-aspek esensialnya dan dipelajari cara penggunaannya secara efektif. Kita harus selalu ingat untuk mengembalikan kecerdasan tersebut ke dalam konteks bernilai budaya yang spesifik setelah rampung mempelajarinya.
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Tidak ada rangkaian atribut standar yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas dalam wilayah tertentu. Oleh karena itu, orang mungkin saja tidak dapat membaca, tetapi memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi, karena ia dapat menyampaikan cerita yang memukau atau memiliki kosa kata lisan yang luas. Demikian pula, orang mungkin tampak canggung ketika berada di lapangan olah raga, tetapi memiliki kecerdasan kinestetis-jasmani yang luar biasa ketika ia merajut karpet atau membuat papan catur yang indah. Teori kecerdasan majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan.
G. TINJAUAN TERHADAP TEORI KECERDASAN MAJEMUK
Dalam perjalanannya, teori ini mengalami banyak rintangan untuk dapat diterima oleh masyarakat umum. Semenjak dicetuskan Gardner tahun 1983, melalui bukunya The Frames of Mind , banyak orang dan ahli meragukan teori ini sebagai teori yang dapat bertahan lama. Mereka beranggapan bahwa teori ini masih sangat mentah untuk dapat dijadikan rujukan dalam dunia pendidikan, karena teori ini tidak berangkat dari suatu penelitian yang lama. Dalam arti teorinya tampak lebih spekulatif. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa teori ini masih tetap menekankan segi intelektual dan kurang menekankan unsur perasaan serta emosi dalam diri manusia. Maka, teori kecerdasan majemuk tidak membicarakan pendidikan secara menyeluruh. Menurutnya, meski seseorang mempunyai inteligensi tinggi, tetapi bisa jadi ia seorang yang jahat kepada orang lain, bahkan mungkin tidak bermoral. Gardner mengatakan bahwa teori ini memang tidak bicara tentang kemanusiaan yang lebih menyeluruh, namun teori ini membicarakan lebih kepada kecerdasan. Walaupun demikian seperti dikatakan di bagian 2, teori ini sebenarnya berkaitan dengan teori kecerdasan lain, seperti teori kecerdasan emosional. Apakah mungkin, seorang petinju yang cerdas kinestetisnya seperti Muhammad Ali hanya mengandalkan kekuatan fisiknya tanpa mengandalkan kecerdasan interpersonalnya untuk mengenali emosi lawan? Banyak orang beranggapan bahwa beberapa kecerdasan dalam teori kecerdasan majemuk, yaitu kecerdasan musikal, spasial, dan kinestetis adalah merupakan bakat bukan kecerdasan. Kecerdasan tersebut adalah bawaan atau bakat seseorang semenjak mereka dihahirkan. Menjawab hal ini, dalam sebuah wawancara Gardner berkata, ’’Saya sengaja agak provokatif. Jika saya mengatakan ada tujuh kemampuan, orang tidak akan begitu peduli dan akan berkata sambil lalu ’ya… ya…ya…!’.
Namun dengan menyebut kategori-kategori tersebut kecerdasan, saya mengatakan bahwa kita cenderung akan menilai tinggi sesuatu yang disebut kecerdasan. Padahal memang ada berbagai jenis kecerdasan, dan beberapa di antaranya tidak kita anggap kecerdasan” (Weinreich-Haste, 1985). Beberapa kritikus mengatakan bahwa kategori-kategori yang diusung Gardner sebenarnya bukanlah hal yang baru. Menurut mereka kemampuan tersebut pernah dibicarakan oleh Dewey dan Sprange, yang membicarakan masalah variasi kemampuan orang dalam menghadapi persoalan hidup.
Kritikus lain juga mengkritik mengenai keleluasaan yang diciptakan Gardner mengenai kecerdasan. Teori kecerdasan Gardner kurang pasti, kurang saintifik, dan terlalu membuka ruang debat. Teori ini membuka kemungkinan munculnya banyak inteligensi yang mengakibatkan teori tersebut terlalu berkembang luas tanpa ada titik. Bagi para pengkritik, teori ini tidak praktis di lapangan (Smerechansky-Metzger, 1995). Dalam kenyataannya, sekolah kita dipadati oleh sejumlah banyak murid yang mempunyai karakter yang berbeda dan khas. Teori ini hanya bisa diaplikasikan pada kelas kecil dan jumlah siswa sedikit.
Tahun 2000-an adalah tahun yang menggembirakan bagi teori ini. Setelah Gradner berhasil menerapkan teorinya pada beberapa sekolah dan menghasilkan prestasi siswa yang baik, pada akhirnya banyak kalangan yang menggunakan teori ini dalam bidang pendidikan. Menurut Eisner, teori ini menyadarkan akan kesalahan sekolah dan universitas yang hanya menggunakan tes matematika dan bahasa (IQ) sebagai ujian tes masuk. Gardner menyadarkan kita semua akan kesalahan tersebut dan membuka wawasan kita mengenai penilaian yang lebih luas akan kemampuan seseorang. Teori Gardner memandang pendidikan lebih personal karena memperhatikan kekhasan siswa masing-masing. Bahkan dalam evaluasi, guru perlu menggunakan berbagai bentuk model tes yang sesuai dengan inteligensi siswa, bukan hanya tes tertulis. Dalam pelaksanaan teori ini di sekolah, siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan caranya sendiri dan sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
Teori ini mengakibatkan guru lebih kreatif dan menggunakan teknik-teknik yang variatif sehingga membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Yang menggembirakan adalah bahwa teori ini menganggap kecerdasan dapat tumbuh dan berkembang jika ia ditempatkan pada situsi yang kondusif. Pandangan ini bertolak belakang dengan teori klasik yang mengatakan bahwa kecerdasan itu statis, tetap sejak lahir, dan tidak dapat dikembangkan. Menurut Gardner, kecerdasan memang ada sejak lahir, tetapi dapat dikembangkan ke tingkat tertentu. Dan dengan pendidikan yang tepat, maka itu akan sangat membantu mengembangkan kecerdasan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Chatib, munif dan alamsyah. 2012. Sekolah Anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak. Bandung : PT. Mizan Pustaka
Dadang, asep. 2007. Penerapan Multiple Intelligences dalam Kelas. Bandung : PT. Globalindo Universal Multikreasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar